Monday, November 22, 2021

Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!

 



Hai pembaca, jumpa lagi dengan Nyai Sampur. Saat ini saya sedang tidak ingin bercerita hal mistis. Kita berbincang santai sambil ngopi, yuk…, tapi bukan soal drakor.


Selain drakor, apa, sih, yang paling digandrungi saat ini? Tentu saja segala tentang Korea! Naaah… saya akan membawa pembaca pada kisah tentang seorang kenalan saya.


Jika milenial Indonesia gandrung drakor, dia yang berkebangsaan Korea begitu jatuh cinta pada negeri kita, Indonesia yang molek ini. Sebut saja namanya Mr. Jang.


Mr. Jang yang bukan pemain drakor itu bercerita bagaimana awalnya dia bisa memilih Bali menjadi tempat tingal keduanya. “Bagi saya, Bali adalah pulang.” Selalu kalimat itu yang dia ucapkan sejak kami saling mengenal sembilan tahun yang lalu.

Mr. Jang ini seorang pecinta spiritual. Dia memilih Bali karena Bali begitu akrab dan dekat dengan budaya dan spiritual yang dia cari.


“Apa, sich, yang membuat kamu betah di Indonesia? Sampai kamu katakan PULANG setiap kali kamu datang ke negeri ini?” tanya saya suatu hari. Begini penuturannya:


Awalnya, seperti turis Korea atau Jepang yang lain, saya hanya tertarik dengan pantai dan iklim tropis di Indonesia, khususnya Bali. Bagi orang Korea, berwisata ke Bali adalah impian yang kemudian menjadi kebanggaan. Saya sudah ke Bali!


Akan tetapi, saat saya sampai di Bali, banyak hal yang membuat saya sangat enjoy di sini. Pertama keramahan masyarakatnya. Orang Indonesia itu friendly sekali, hangat, dan damai. Saya merasa diterima dengan sangat baik, bukan lagi menjadi tamu, tapi menjadi bagian dari kalian.

Lalu ritme hidup di Indonesia yang jauh lebih tenang, tidak terburu buru, saya merasa jauh lebih relax dan bisa menikmati waktu demi waktu tanpa strees disini.

Saya seorang pecinta budaya dan culture setempat di mana pun saya berada, dan Indonesia adalah tempatnya ragam budaya.

Dulu saya berpikir hanya Bali yang kental dengan berbagai budaya. Ternyata banyak sekali tempat di Indonesia yang memiliki budaya unik dan indah.

Saya suka dengan Jogja dan Solo. Di sana masih banyak pelaku budaya yang membuat saya takjub. Saya suka Keraton Jogja. Saya suka melihat orang Jawa saat mereka mengadakan banyak upacara atau kegiatan kesenian tradisional seperti wayang kulit misalnya.


“Indonesia adalah surga dan kami bangga bisa datang dan berkunjung ke Indonesia. Jika semesta izinkan, saya ingin tua dan mati di negerimu,” ucapnya sambil meneguk secangkir kopi yang mulai dingin.

“Bagaimana dengan kulinernya?” tanya saya lagi.

Kuliner di Indonesia itu banyak rempah dan sehat! Saya sangat suka. Rempah! Ya rempahnya membuat rindu. Saya suka tipat cantok (kuliner khas Bali) dan karedok hahaha… saya jadi lapar. Seloroh Mr. Jang. Sambil menyeruput kopinya yang mulai dingin. 


Bincang saya dengan Mr. Jang membawa saya merenung, banyak orang diluar sana sangat jatuh cinta pada negri kita, banyak orang diluar sana yang menikmati negri kita laksana surga kecil yang mereka banggakan. So bagaimana dengan kita sendiri? Kita yang justru merindukan dan begitu menggilai negara lain? Negri kita itu sangat indah teman! Budaya kita sangat kaya, jika orang korea saja sebegitu jatuh cintanya pada negri kita, kita sebagai putra dan putri Ibu Pertiwi bolehlah gandrung dengan segala hal tentang Korea, tetapi tetap ingat, Ibu Pertiwi juga punya hal yang patut kita suarakan dan kita banggakan. Benar ga?? 


Yukk lanjut ngopi lagi… 


Salam damai semesta… 

Penulis: Nyai Sampur

Editor: Blackrose

Destinasi Wisata, Mengenal Tradisi Melukat di bali, yuk!

 


                                                                                   

Setiap kita pasti tahu, Bali bukan hanya memiliki banyak destinasi wisata yang menjanjikan keindahan paripurna, Bali juga satu pulau yang sangat kaya dengan budaya dan adat istiadat. Masyarakat Bali sangat dekat dengan banyak ragam upacara adat ataupun agama.

 

Salah satu yang menakjubkan dari Bali bagi saya, semua ritual dan upacaranya selalu menggunakan bahan bahan dari alam yang dibentuk menjadi sesuatu nan indah, contohnya penjor, yang berbahan bambu dan janur, atau tempat persembahan bunga yang di tata diatas janur yang biasa di sebut Canang. Semua tertata begitu indah, bagi saya dalam setiap upacara Bali banyak Upakara yang digunakan begitu indah, so bagi nyai Sampur Seni di Bali tidak akan pernah mati, mengapa? Karena dalam setiap upacara Bali apapun selalu ada seni di dalamnya. Entah itu kerajinan tangan atau tarian.  

 

Saat seni adalah hobby, bisa saja suatu saat akan ditiinggalkan, tetapi berbeda di Bali, seni adalah bagian dari kepercayaan yang harus dijalankan. So bagaimana bisa mati?? Hal ini yang membuat banyak mata di seluruh dunia yang jatuh cinta pada pulau seribu Pura ini.

 

Well saat ini saya tidak ingin bercerita banyak tentang seni dalam konsep ritual di Bali, saya ingin berbagi tentang salah satu ritual sakral di Bali yang masih ajeg dilakukan oleh masyarakat Bali, bahkan tidak hanya masyarakat Bali, kitapun bisa mengikuti ritual ini, yaitu MELUKAT.

 

Melukat itu apa sich? Melukat adalah ritual membersihkan diri dari energi negatif yang melekat pada diri seseorang, Melukat bisa dilakukan di griya tempat seorang Pedanda (Pendeta Bali) bisa juga dilakukan di sumber air yang dipercaya memiliki energi yang suci. Sarana dari melukat intinya adalah air. Bisa dari air suci yang masyarakat Bali sebut tirta suci, dimana air ini diambil dari pura pura tertentu atau air yang sudah diisi doa dan mantram suci. Bisa juga air dari cengkir gading yang sudah didoakan.

 

Yang sangat menarik bagi saya, tradisi melukat di alam. Di sumber air yang dipercaya suci. Bagi saya melukat di sumber air ini, semacam self healing. Upaya seseorang untuk menyembuhkan jiwa dari hal hal negatif untuk mencapai ketenangan jiwa atau memohon berkah dari Tuhan.  Salah satu tempat melukat yang banyak di kenal wisatawan lokal atau mancanegara adalah di Pura Tirta Empul Tampak Siring.

Di Pura Tirta Empul ini ada mata air suci yang biasa digunakan untuk tempat melukat bukan hanya masyarakat Hindu Bali tetapi banyak pengunjung atau wisatawan lokal dan manca negara juga mengikuti ritual ini.

 

Saya bukan orang Bali, bagaimana caranya? Apakah boleh saya begitu saja ikut melukat?

 

Bisa! Asal kita mau melakukan dengan tulus dengan menjunjung tinggi dan mengikuti aturan yang ada. Seperti mengenakan kain dan selendang. Saat melukat. Ini wajib! Aturan ini berlaku bukan hanya untuk perempuan, lelakipun juga harus melakukan hal yang sama. Dan bagi perempuan yang sedang haid dilarang mengikuti ritual ini. Intinya bukan hanya hati kita yang harus disiapkan, tetapi fisik kita juga harus ada yang dipersiapkan. Biasanya selain memakai baju adat Bali, kita juga membawa ubo rampe berupa canang (bunga), dupa dan Pejati (sesajen yang didalamnya ada canang dan kelapa kuning atau di Jawa di sebut cengkir gading) setelah semua dipersiapkan, sebelum masuk ke sumber airnya, berdoalah memohon Tuhan sendiri yang merestui pembersihan diri kita sehingga ritual Melukat kita benar benar menghasilkan kesegaran lahir batin bagi jiwa dan raga kita.

 

Apakah tempat melukat di Bali hanya di Pura Tirta Empul? Tentu tidak, banyak sekali tempat melukat di Bali, selain kita dibawa pada tempat dengan energi yang begitu menenangkan hati, kita juga di bawa pada alam yang sangat indah! Salah satunya Taman Griya Beji Waterfall yang ada di kabupaten Badung.

 

Ingin melakukan selfhealing, menemukan ketenangan batin melalui Melukat? Yuukkk Ke Bali bareng nyai Sampur…

 

Salam damai semsta.


Cerita Mistis, Jangan Baca Jika Anda Sendirian, Dijahili Arwah!



 

 

Hai pembaca, kembali dengan Nyai Sampur. Kembali dengan cerita mistis. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman seorang teman saya di Bali. Untuk mempermudah cerita saya akan bertutur dengan bahasa “saya” bagi pembaca yang sedang di rumah sendirian, berpikirlah lagi untuk meneruskan membaca kisah ini.

 

 

Cerita mistis. Saya seorang ibu rumah tangga tanpa anak yang tinggal di Bali, tepatnya di daerah Gianyar. Rumah yang saya tempati merupakan desa buntu. Yang dimaksud desa buntu disini, desa yang saya tinggali berujung sungai besar. Anda harus putar balik atau tersesat di sungai yang terkenal angker!  Masyarakat sekitar percaya setiap desa buntu selalu menyimpan cerita mistis yang tidak jarang mengerikan. Dipercaya sungai besar adalah tempat roh halus tinggal.

 

Saya tinggal di rumah itu lebih banyak seorang diri. Suami saya bekerja di luar kota. Dari awal tinggal di rumah itu saya sudah tahu perumahan yang saya tinggali terkenal angker, tidak jarang jika ada yang bertanya pada saya, saya tinggal dimana, dan saya sebut nama Desa saya, mereka selalu jawab itu daerah angker, itu desa buntu, hati hati, atau mengapa tidak berpikir untuk cari tempat tinggal baru saja. Tetapi saya tidak terlalu mengindahkan apapun pendapat orang tentang tempat tinggal saya, bagi saya, asal saya sopan, niscaya siapun juga akan berlaku sama.

 

Di perumahan yang saya tinggali, ada satu gang atau jalan yang hampir semua penghuni perumahan itu tidak akan berani lewat disana saat lepas sandikala. Tidak jarang yang nekat lewat di gang itu saat malam hari, ada penampakan perempuan dengan baju putih, berambut panjang begitu saja lewat. Pernah seorang warga lewat gang itu, diperlihatkan mahluk yang hanya berbentuk kepala saja, dengan mata berwarna merah tajam. Di celah bibirnya ada taring cukup tajam menjuntai keluar.

 

Di rumah saya sendiri, tidak jarang ada kejadian aneh, saya yang tinggal sendirian tanpa ditemani siapapun, saat itu kira kira sudah pukul sebelas malam. Di rumah saya ada dua kamar mandi, kamar mandi utama ada tepat didepan kamar tidur saya, sedang satu lagi ada di depan ruang cuci baju, kamar mandi itu sangat jarang saya pakai,  disana tidak ada bak mandi hanya ada shower. Tiba tiba ada suara orang mandi disana! Showernya diputar, suara airnya sangat jelas. Saya dari dalam kamar nyaris tidak berani bergerak. Jantung saya berdetak kencang, saat itu saya hanya diam dalam kamar dan membaca doa, sambil mengumpulkan keberanian untuk keluar. Yang saya pikir, tidak mungkin saya biarkan air terus keluar hingga pagi, tagihan PDAM nya bisa jebol. Akhirnya setelah saya sedikit tenang, saya beranikan diri keluar dari kamar dan mematikan air di shower kamar mandi belakang.

 

Apakah Cuma itu? Tentu tidak.

Pernah saat teman saya bermalam di rumah saya, cerita mistis terulang lagi.  karena ada teman di rumah, alhasil kami ngobrol sampai larut malam. Kami berdua ngobrol sambil menikmati kopi, saat itu sudah lewat tengah malam, kami ngobrol di teras rumah. Di teras rumah itu saya siapkan balai balai kecil dari bambu. Kami duduk disana bercanda apa saja. Saat tengah asik ngobrol tiba tiba di jalan ada suara perempuan menyanyi dengan suara yang aneh, sumbang tetapi menyayat. Duh, saya menulis ini, jadi merinding sendiri. Masih saya ingat jelas suara itu! Setelah menyanyi dia tertawa aneh lalu senyap. Kami berdua langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rapat.

 

Disamping rumah saya, ada warung tempat saya belanja apa saja, nah… pernah saat saya ke warung itu, ibu pemilik warung tiba tiba bertanya ke saya, “Mbak, mbak ini kalau tengah malam suka nyanyi sendirian ya? Saya dan suami sering dengar mbak nyanyi tengah malam”

Saya tertawa saja, karena sebelumnya saya juga pernah mengalami mendengar suara itu, saya jelaskan ke ibu pemilik warung. “Bu, saya tidak pernah menyanyi tengah malam, saya juga pernah dengar suara perempuan menyanyi tepat di jalan depan rumah” si ibu pemilik warung terkejut dan ketakutan.

 

Yang lebih aneh, pernah juga saya didatangi arwah bapak bapak tua dari Jawa, kenapa saya tahu itu arwah dari Jawa. Dari cara bapak itu panggil saya!

Saat itu sudah tengah malam, saya sudah ada di dalam kamar dan mulai tertidur. Sampai saya dengar seperti ada daun pintu yg berusaha dibuka, saya masih berpikir ooh mungkin suara dari tetangga samping atau depan, saya masih tenang. Tetapi suara itu makin kencang, setelahnya ada suara langkah kaki berjalan masuk, dan aroma rokok klembak menyan kuat sekali masuk ke kamar saya, saya mulai merinding, bulu kuduk saya berdiri. Langkah itu makin mendekat di ruang tamu tepat di depan kamar saya. Lalu terdengar suara memanggil “wuk… bawukk…”

Dari sana saya tahu, ini arwah orang Jawa kuno, tanpa saya keluar! Panggilan bawuk adalah khas panggilan untuk perempuan jaman dulu banget. Jaman si mbah entah sudah berapa puluh tahun lalu.

Awalnya saya tidak mau keluar kamar, saya sangat takut! Tapi suara panggilan itu makin jelas, saat itu saya putuskan mengumpulkan keberanian untuk keluar dari kamar, saya membaca doa, mengumpulkan nyali lalu keluar kamar. Saat saya sudah membuka pintu kamar dan duduk di sofa ruang tamu, suara itu perlahan menghilang. Entah mengapa, suara dan langkah kakinya menjauh lalu lenyap!

 

 

Salam damai semesta…

 

 

 

Thursday, November 18, 2021

Cerita mistis Kotagede, Cerita Rumah Pocong Sumi

 



Nyai Sampur ingin berbagi cerita mistis tentang rumah pocong sumi di Kotagede Jogja. Sempat viral kisah rumah pocong sumi kotagede di berbagai cerita mistis baik di Televisi dan YouTube. Banyak konten yang membahas kisah mistis di balik  rumah tua yang sudah empat puluh tahun tidak berpenghuni. 

 

Apa benar seangker itu? Apakah benar sebegitu banyaknya arwah gentayangan rumah pocong sumi Kotagede? Disini saya akan bercerita menurut pengalaman pribadi  saya, menurut kapasitas mata batin yang mampu saya lihat. Mungkin akan banyak perbedaan antara satu pengunjung dengan yang lainnya.  Karena kapasitas masing masing orang  berbeda.

 

Begini, sebetulnya sudah lama saya berpikir untuk menjajal nyali ke rumah pocong Sumi Kotagede, karena banyaknya cerita mistis yang beredar, tetapi entah baru kali ini saya niatkan melangkah kesana.

 

Saat sampai di rumah pocong sumi Kotagede, ternyata pintu gerbang rumah tua itu tergembok, ada warung kecil tepat di depan rumah pocong sumi, saat itu saya bertanya kepada ibu pemilik warung bagaimana caranya bisa berkunjung ke rumah pocong sumi ini, ternyata harus menghubungi Pak Nono juru kunci rumah pocong sumi. Saat itu saya datang berdua dengan suami saya.

Saya katakan pada suami saya kita minum saja dulu disini, sambil dipikir lagi jadi masuk atau tidak.

Ternyata saat kami sedang menikmati segelas es jeruk manis, Pak Nono sang juru kunci datang dan membuka gerbang rumah pocong sumi Kotagede. Alhasil kami temui beliau untuk bisa berkunjung kesana.

 

Pak Nono cukup ramah dan bercerita sejarah rumah pocong sumi, sebetulnya rumah tua ini adalah bangunan bersejarah, bangunan ini berusia lebih dari satu abad. Sudah menjadi hal umum setiap bangunan kuno dikaitkan dengan aura mistis lalu menjelma menjadi rumah angker. Rumah tersebut sebenarnya milik saudagar batik yang kaya raya, dan salah satu anak dari saudagar batik itu sempat menjadi menteri agama era Soeharto yang kemudian rumah itu ditinggal dalam keadaan kosong sekitar 40 tahun. Bukan waktu yang singkat, dan layak menjadi rumah angker!  Akhirnya bangunan bersejarah itu menjadi salah satu cagar budaya dengan membawa atmosfir horror.   

 

kamar Mbah Putri



Lalu siapa sumi?? Bagaimana sosok pocong sumi? Begini menurut pengakuan pak Nono. Konon sumi adalah arwah korban perampokan, dia mati terbunuh ditangan gerombolan perampok yang datang kerumahnya. Bukan hanya di bunuh dan di rampok Sumi juga menjadi korban pemerkosaan! Konon katanya Sumi hanya tinggal beberapa bulan di rumah itu lalu menjadi korban pembunuhan.

 

Namun kabar yang beredar, masyarakat sekitar yang sudah lama tinggal disana juga tidak pernah tahu adanya penghuni bernama sumi dan pembunuhan disana, menurut masyarakat sekitar bisa jadi Sumi adalah mahluk gaib yang berwujud pocong lalu tinggal di rumah itu.  Tidak jarang pengunjung  kesurupan disana. Biasanya sosok pocong sumi muncul tiap matahari mulai ke barat. Sekitar sore hari hingga malam hari di teras rumah tersebut.

Bukan hanya pocong sumi yang ada disana, menurut pengakuan Pak Nono sang juru kunci, disana juga ada sosok yang disebut mbah putri, mbah putri ini adalah seorang sinden, dan menempati salah satu kamar di rumah pocong sumi. Sosok mbah putri dikenal cukup ramah dan suka saat dikunjungi. Tidak jarang pengunjung yang masuk ke kamar mbah putri bisa tertidur pulas atau bahkan terkadang mbah putri memberi nasehat pada pengunjung yang datang, tidak sedikit pula pengunjung yang sakit disembuhkan oleh mbah putri ini. Disini Pak Nono tidak menjelaskan siapa nama mbah putri ini.

 

Bangunan rumah pocong sumi ini terdiri dari tiga kamar, satu kamar di huni oleh sosok mbah purtri, satu kamar depan ditinggali oleh arwah perempuan korban kekerasan dan pemerkosaan juga, sosok ini berbaju putih dengan luka bopeng berborok dan berdarah di sebelah wajahnya. Untuk melihat kamar itu saya tidak bisa masuk melaui pintu tetapi mengintip melalui jendela kamar yang cukup lebar. Sedangkan satu kamar lagi benar benar terkunci rapat, Pak Nono sama sekali tidak mengijinkan siapapun membuka pintu kamar itu, karena mahluk gaib dikamar itu adalah sosok leak yang memiliki aura negatif dan liar.

 

Saat itu kami ngobrol di teras rumah Pocong sumi Kotagede, setelah bercerita sejarah rumah itu dan siapa siapa mahluk astral yang tinggal disana, kemudian Pak Nono menatap kami berdua bergantian. Lalu mengatakan ke arah saya, “Mbak, kalau mbaknya yang masuk saya yakin mbak kuat, saya juga yakin Mbah putri mau menemui mbaknya, mbak masuk saja kedalam, tapi harus masuk seorang diri. Nanti pintunya akan saya tutup. Mbak diam saja di dalam lima belas menit, nanti mbak akan rasakan kehadiran mbah putri”

 

“sendirian pak?? Apa ga bisa ditemani Pak Nono atau kita masuk bertiga saja”

“Tidak bisa mbak, mbak masuk saja. Saya yakin mbak kuat”

Setelah mempertimbangkan sebentar, akhirnya saya putuskan untuk masuk. Biarpun sejujurnya saya merinding takut juga!

 

Pintu utama rumah mulai dibuka kuncinya oleh pak Nono, begitu pintu utama dibuka langsung tercium bau ngap, bau jamur dan agak pesing khas rumah yang terlalu lama kosong. Saya melangkah masuk perlahan dengan sedikit ragu, begitu saya sudah di dalam, pak Nono menutup pintu utama lagi sembari memberi tahu, “saya tutup pintunya mbak, mbak buka pintu kamar sebelah kanan, masuk dan diam disana. Itu kamar mbah Putri”

Begitu saya melangkah masuk, ruangan itu terasa panas dan ngap, ragu saja melangkah hingga sampai tepat di depan kamar mbah Putri. Saya dorong pintunya perlahan, bulu kuduk saya mulai berdiri saat pintu sudah terbuka, ada aura yang benar benar beda disana! Kamar itu tanpa jendela sama sekali, harusnya kamar itu juga ngap dan panas, tetapi mengapa didalam sana dingin???

Saya cepat cepat keluar dari ruangan itu, menemui Pak Nono, saya takut!

Begitu melihat saya sudah berdiri di pintu keluar lagi, Pak Nono kembali menghampiri saya,

“Lho mbak kok keluar? Itu mbah Putri sudah nunggu mbaknya di dalam. Ayo masuk lagi, saya temani dulu, sudah ditunggu mbah Putri lho mbak”

Saya kembali masuk mengikuti langkah Pak Nono. Begitu pak Nono masuk ke kamar mbah Putri dan saya berdiri di samping pak Nono, ruangan itu mendadak berbau harum melati, wangi sekali! Dan anehnya saya begitu saja merasa sangat nyaman. Pak Nono yang sudah paham lalu meninggalkan saya seorang diri disana, diutup kembali kamar mbah putri dan dia keluar.

 

Saya merasa nyaman yang sangat nyaman, tidak ada ketakutan sama sekali, bahkan saya menikmati wangi melati yang sangat kuat harumnya itu. Bukan wangi melati fresh, ini bau minyak melati keraton yang dulu sering saya cium saat saya masih kecil, sering dipakai oleh mbah mbah jaman itu.

Perlahan sosok mbah putri mulai menampakkan diri, mbah putri ini kalau yang saya lihat tidak terlalu sepuh, beliau memakai kemben Jawa dengan berkalung ronce melati. Tatapan matanya kosong tanpa kehidupan tapi beliau tersenyum.

Disana beliau memberi banyak wejangan, yang bagi saya menohok banget, halus namun tepat dengan apa yang saya rasakan. Saya menangis lama di dalam kamar itu. Sampai saya kemudian keluar dari dalam kamar, menemui Pak Nono dan suami saya di depan.

 

Kamar perempuan bermuka berdarah



Pak Nono yang melihat saya menangis hanya tersenyum maklum, lalu menepuk pundak saya dan mengatakan “Mbah Putri suka sama mbaknya, mbak ayo saya lihatkan dibelakang rumah. Disana ada dua roh halus, yang satu jangn diajak bicara, abaikan saja, yang dibelakang itu None Belanda. Mbak boleh cerita cerita dengan dia, saya tunjukkan tempatnya nanti saya tinggal”

Saya mengikuti langkah pak Nono, begitu sampai disamping rumah saya melihat mahluk hitam besar, dengan kedua mata merah!

“Pak, itu ada genderuwo!” teriak saya.

“iya mbak. Itu yang saya bilang tadi, lewati saja jangan diajak bicara, monngo silahkan jalan terus kebelakang, disana none Belandanya”

Saya jalan sendirian terus masuk ke belakang rumah. Diam beberapa saat sendiri disana. Sampai hampir lima belas menit saya diam disana, tetapi none belanda itu tidak menampakkan diri sama sekali. Akhirnya saya kembali pada pak Nono.

 

“saya gak ketemu none Belandanya pak” ucap saya.

 

“sini mbak, saya lihatkan satu lagi, tapi mbak hanya bisa melihat dari jendela yang akan saya buka. Disana ada perempuan dengan wajah setengah bopeng dan banyak darah. Mbak bisa ajak dia bicara”

 

“nggak lha pak, kalau berdarah darah saya gak mau lihat. Ngeri!”

 

“lihat saja mbak, ga apa, perempuan itu pemalu, biasanya dia akan lihatkan diri hanya setengah badannya saja, yang berdarah dia tutup dengan rambutnya. Mbak tidak akan lihat darahnya, sini saya tunjukkan kamarnya”

 

Sayapun mau, penasaran juga sich! Biarpun ngeri juga! Saat saya melihat melalui jendela, kira kira 10 menit, ada sosok perempuan duduk diatas ranjang. Duduk hanya memperlihatkan punggungnya. Dengan rambut panjang sebahu. Dia tidak biacara apapun, hanya terdengar suara tangis kecil, ada aura kesedihan yang sangat dalam disana, saya masih menunggu dia bicara, tetapi hingga akhirnya saya meninggalkan jendela kamar itu, perempuan itu tetap saja diam.

Dan begitu saya turun dari bangku kayu yang saya pakai untuk mengintip dari jendela, mata saya reflek melihat ke teras depan kamar itu! Ya Tuhan, itu pocong! Pocong dengan wajah yang masih segar dan raut yang cantik.

“Pak Nono, itu sumi kah??” tanya saya.

“iya mbak, yang itu Sumi”

 

Rumah poong sumi Kotagede benar benar berpenghuni!

 

Salam damai semesta

Misteri di Balik Ketinggian Gunung Lawu, Pendaki Mau Selamat? Baca Ini

Photo By Jemmy Effendy


 

Gunung lawu yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki ketinggian 3.265 mdpl. Memang banyak di kenal memiliki aroma mistis yang kuat, bahkan dikenal sebagai gunung terangker di Indonesia,  Tidak sedikit cerita mistis yang dilatar belakangi misteri Gunung lawu ini. Kali ini Nyai Sampur akan mengajak pembaca untuk menelisik bagian kecil dari mitos mistis yang beredar pada pendakian Gunung lawu. 


Gunung Lawu yang dikenal tempat moksanya Prabu Brawijaya V terkenal sakral dan penuh cerita mistis. Apa saja yang dilarang dilakukan saat mendaki gunung Lawu? Menurut mitos cerita mistis setempat. 


1. Jangan berkata kotor saat  mendaki

Berkata sembarang yang diaggap kotor menjadi pamali saat mendaki. Di percaya Gunung Lawu adalah tempat banyak roh halus dari kerajaan Majapahit. Dimana mereka tidak suka dengan kata kata kasar dan kotor. 


2. Mengeluh saat mendaki

Mengeluh capek atau dingin sangat pamali saat mendaki Lawu, dipercaya jika pendaki mengeluh capek niscaya tidak akan sampai ke puncak. Yang mengeluh dingin niscaya akan makin kedinginan. Banyak pendaki yang mengeluh capek, yang ada malah mereka hanya berputar putar di area itu sampai mereka menyadari kesalahan mereka dan meminta maaf, maka perjalanan kembali lancar.   


3. Seperti yang banyak orang tahu, di Gunug Lawu ada banyak area  Mistis. Salah satunya pasar setan yang disebut juga pasar Dieng.

Saat melewati pasar setan,  sering kali terdengar keriuhan padahal secara kasat mata tidak terlihat aktifitas apapun, jika mendengar suara berbahasa Jawa “Arep tuku opo mas?” (mau beli apa mas) segera saja buang uang berapa saja. Yang pasti buang disekitar kita mendengar suara tanya itu. Lalu petik satu daun seperti kita sedang belanja. 


4. Dilarang megusir atau mengganggu kupu kupu berwarna hitam dengan bulatan besar berwarna biru mengkilap.

Dipercaya itu adalah perwujudan penjaga Gunung lawu, jika bertemu dengan kupu kupu jenis ini maka artinya pendaki disambut baik oleh penunggu tak kasat mata di sana. Jangan di ganggu jika pendaki ingin selamat sampai tujuan. 


5. Pantangan mendaki dengan jumlah ganjil 

Dipercaya mendaki dengan jumlah ganjil akan mendapat kesialan. Terkadang ada mahluk tak kasat mata yang mengikuti rombongan dalam jumlah ganjil. Dan mereka mengganggu dengan berbagai cara. Hingga menyesatkan pendakian. 


6. Pantangan menggunakan baju berwarna hijau pupus

Pantangan memakai baju hijau pupus ini berkaitan dengan penguasa tunggal pantai selatan Kanjeng Ratu Pantai selatan yang sangat menyukai warna hijau. Di percaya yang menggunakan baju berwarna hijau pupus ada kemungkinan akan hilang, diambil oleh Kanjeng Ratu Pantai Selatan. 


7. Jika melihat ada kabut angin (ampak ampak) disertai dengan suara gemuruh turun saja, jangan nekat naik. Atau berbaring telungkup di tanah. 

Di percaya jika melanggar, akan banyak kesialan bahkan terbawa kabut dan tersesat. 


8. Jika mengalami kejadian aneh jangan diceritakan saat itu juga. 

Seperti yang kita tahu banyak hal mistis yang bisa saja terjadi di gunung Lawu. Jika mengalami kejadian mistis dilarang menceritakan itu saat masih di area Gunung. Simpan saja sendiri. Pendaki baru boleh menceritakan saat sudah di bawah. 


9. Jangan memakai pakaian jenis Mrutu Sewu

Pendaki dilarang mengenakan pakaian atau atribut bercorak Mrutu Sewu, gadung melati dan poleng. Kerena di percaya corak itu sangat disukai Nyai Roro Kidul. 


Aturan aturan itu sangat perlu diperhatikan saat ingin mendaki ke Gunung Lawu yang kita kenal sebagai salah satu Gunung terangker di Indonesia. Karena banyak kejadian pendaki yang berani melanggar mereka kesurupan atau mengalami kesialan saat pendakian. 

Terlepas apakah hal ini hanya sekedar mitos atau benar adanya, bagi Nyai Sampur tidak ada salahnya menjunjung tinggi kearifan lokal dan mentaatinya demi keselamatan bersama.


Salam damai semesta.

Wisata Mistis Pringgodani, Lereng Gunung Lawu



Siapa yang tidak tahu Tawangmangu? Sebuah destinasi wisata yang mulai banyak dilirik wisatawan.

Keindahan alam dengan Gunung lawu sebagai latar sungguh menyegarkan mata, udaranya yang dingin dan sejuk memanjakan setiap pengunjung dengan sate kelinci atau sate landak yang khas,

Selain alamnya yang memanjakan mata kita, lereng lawu ini juga menyimpan cerita mistis yang cukup di kenal oleh banyak orang. Ada banyak tempat pertapaan di lereng lawu ini.

 

Wisata mistis kali ini Nyai sampur akan bercerita tentang Pertapaan Pringgodani. Sebuah pertapaan yang ada di lereng lawu Yang konon Bapak SBY juga pernah mengujungi tempat wisata spiritual ini.

Lereng lawu yang selalu diselimuti kabut tebal dengan suhu empat belas derajat celcius membuat pengunjung Pringgodani harus selalu siapkan baju hangat yang cukup tebal untuk kesana.

Tempat ini tidak sulit ditemukan berada di kelurahan blumbang.

Hanya saja untuk mencapai ke pertapaan ini tidak bisa memakai kendaraan bermotor, pengunjung harus siapkan tenaga extra untuk mencapai puncak pertapaan. Perjalanan yang cukup tinggi dan mendaki bisa ditempuh minimal dua jam. Tetapi selama mendaki kita akan disuguhkan udara yang sangat sejuk dan pemandangan yang cukup indah. Hingga lelah kita terbayar.

 

Wisata mistis ini punya dua post. Pada post pertama ada sebuah warung kecil dimana kita bisa rehat sejenak sambil pesan kopi hitam panas yang pas sekali didampingi tempe mendoan hangat. Disana juga ada punden kecil yang biasanya pengunjung menyalakan dupa dan memberikan sesaji disana.

Biasanya wisata mistis ini ramai dikunjungi pelaku spiritual saat mendekati pemilihan jabatan baik kepala desa sampai dewan legeslatif, apapun yang bisa mengangkat status sosial pelaku.

 

Tidak ada persyaratan apapun saat pelaku ngayah berkah disana, biasanya mereka hanya menbawa dupa dan sesaji berupa bunga dan rokok. Sebelum mencapai puncak Pertapaan masih ada ritual yang harus dilakukan pelaku. Yaitu membersihkan diri pada sendang temanten dan sendang kahuripan. Sendang dengan tujuh pancuran dimana pelaku harus membersihkan diri disetiap pancuran itu. Baru setelahnya pelaku bisa menuju puncak pertapaan.

 

Pertapaan Pringgodani dikenal tempat yang cukup angker dan mistis yang dipercaya disana petilasan Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya V. masyarakat percaya Prabu Brawijaya melarikan diri dan moksa di puncak Lawu. Sejumlah tokoh seperti Soeharto, SBY, konon pernah lelaku disana.

 

Pringgodani berasal dari kata Pring (Bambu) Nggon (tempat) dani ( memperbaiki diri) yang berarti sebuah tempat untuk memperbaiki diri.

Menurut ibu penjaga warung kopi disana, di lokasi tersebut ada tokoh spiritual yang cukup sakti mandraguna yang sampai saat ini dikeramatkan oleh masyarakat setempat yaitu Eyang Panembahan Kotjo Nagoro. Petilasan ini biasa disebut sanggar oleh penduduk setempat. Dengan ukuran 5 meter x 5 meter.

Dengan dua arca besar di pintu masuk sanggar, dan didalam altar tertulis Eyang Panembahan Kotjo nagoro. Inilah tempat pemujaan utamanya.

 

Ada pantangan bagi pelaku spiritual disana, saat sedang mendaki atau sampai di pertapaan pelaku dilarang mengulas sejarah  pringgodani dan siapa Eyang yang linggih disana. Pamali katanya.

Tempat ritual ini akan penuh selain saat pemilihan pejabat juga saat bulan suro, malam selasa kliwon dan malam jumat kliwon.   

 

Jika kita bukan pelaku spiritual juga tidak rugi mendaki kesana, dipuncak pringgodani selain kita bisa melihat lautan kabut tebal yang menyelimuti pepohonan, disana juga banyak warung makan dengan nasi goreng nDeso yang cukup bikin kangen. Dengan suasana yang beda, kita seperti ditarik pada suasana ratusan tahun yang lalu dengan aroma dupa dan wewangian bunga.

Bagaimana, tertarik ke pringgodani?? Jalan bareng Nyai yukk….

 

Salam damai semesta..

 

  

Cerita Mistis Bali. Jangan lakukan hal ini di Bali jika anda ingin selamat.

 


Cerita mistis bali datang dari seorang cenayang di bali, beliau menceritakan kepada saya cerita mistis Bali, untuk mempermudah cerita, maka saya akan menggunakan bahasa “saya” dan menggunakan nama Nyai Sampur.

 

Sebut saja saya  Nyai Sampur, cenayang yang selalu setia dengan aroma kretek, jatuh cinta pada wewangian dupa dan kembang kantil.

Cerita mistis Bali akan saya mulai saat saya mendapat telpon dari seorang teman dari Kuta sedangkan saya sendiri tinggal di Gianyar Bali.

“Nyai, bisa minta tolong ada tamu dari Jawa kesurupan sudah tiga hari, tubuhnya terbanting kebawah, kadang kejang, dia di hotel daerah kuta. Minta tolong nyai, ini kami sudah tidak tahu harus bagaimana”

“ok besok kalian bawa kesini saja” jawab saya.

“malam ini nyai, kondisi anak ini sudah lemah banget, daritadi tubuhnya kejang”

“Sudah jam dua belas tengah malam ini, besok saja apa ga bisa?” saya masih berusaha tidak malam ini, karena saya tinggal di perumahan, ga etis terima tamu tengah malam.

“Ga bisa Nyai, besok sore dia sudah harus balik ke Surabaya, malam ini kami bawa ke rumah nyai please…”

“Ok…. Cari bungkak gading dan canang saya tunggu di rumah”

 

Cerita mistis Bali memang banyak dan beragam tetapi kebanyakan karena tamu atau wisatawan yang datang yang kurang mengerti adab dan menghormati area suci umat Hindu Bali. Saya sudah tidak terkejut jika tiba tiba ada wisatawan kesurupan atau mendadak sakit tanpa sebab. Bahkan lebih sering kesal. Mengapa tata krama tidak di pakai. Kita bertamu di daerah baru sewajarnya hormati adab dan budaya setempat.

Bungkak gading itu apa? Kalau di Jawa biasa di sebut cengkir gading ( buah kelapa muda, biasanya kecil dan berwarna kuning keemasan)

 

Cerita mistis Bali.  Setelah menunggu hampir satu jam, sebuah mobil  sudah parkir di depan rumah, ternyata berisi lima orang. Dan yang kesurupan seorang pemuda yang cukup belia kisaran usia dua puluh lima tahun. Kondisinya sudah benar benar tidak terkontrol, di dalam mobil tubuhnya bisa melenting ke belakang, bola matanya sudah tidak terlihat, hanya tampak putihnya saja. Pemuda ini sebut saja namanya Andy.  Harus di gendong empat orang yang lain untuk bisa masuk ke dalam rumah.

 

“Tidurkan dilantai saja, jangan di sofa. Kasihan kalau terbanting” ucap saya.

Andy yang di geletakkan di lantai rumah saya, sebentar mengeram, sebentar teriak, sebentar mengangkat tubuhnya sendiri lalu membanting diri. Mengerikan! Sementara saya menyalakan dupa dan menyiapkan ubo rampe yang lain. Saat aroma dupa mulai menguasai ruangan suasana mistis semakin mencekam.

Latar belakang saya yang cenayang Jawa maka saya gunakan cara Jawa untuk menolong Andy. Saya nyalakan gending macopat, gending kuno kesukaan “Ibu” yang selama ini mendampingi saya. Sementara saya duduk disamping Andy yang entah jiwanya sendiri dimana, yang pasti yang di dalam tubuhnya entah siapa. Saya nyalakan kretek dan mulai menghisap kretek di tangan saya dibarengi dengan aroma dupa dan gending Jawa kuno. Saya coba berkomunikasi dengan roh yang ada dalam tubuh Andy.

“Permisi jero, Jero ini siapa? Kasihan anak ini sudah tidak kuat, bisakah jero memaafkan dan meninggalkan tubuh anak ini?” ucap saya.

“apa syarat dari Jero, biar anak ini bebas?” tanya saya beruntun

Saya mencoba berkomunikasi cukup panjang dengan roh dalam tubuh Andy. Setelah hampir satu jam baru roh ini mengatakan bahwa beliau tidak minta apapun, bersedia meninggalkan tubuh Andy lepas jam empat pagi, dengan syarat jam sepuluh pagi Andy sudah harus keluar dari tanah Bali.

 

Saya tanyakan ke temannya. Apa sanggup? Tiketnya ada atau tidak, kalau tiketnya sore, sekarang juga cari tiket pulang ke Surabaya jika mau temannya selamat. Temannya menyanggupi. Karena ini bukan weekend pasti bisa beli tiket mendadak di bandara.

 

Sambil menunggu jam empat pagi, saya ngobrol dengan temannya sebut saja namanya Hari. Lalu hari menceritakan bahwa sebelum kesurupan, mereka jalan jalan ke Tanah Lot, seperti yang kita tahu di tanah lot ada tempat suci untuk masyarakat Hindu Bali. Sebuah gua di pantai yang biasa dipakai melukat atau pembersihan diri bagi umat Hindu Bali. Andy ini sempat ikut ritual melukat disana, setelah melukat dia merasa ingin buang air kecil. Dan dia buang air kecil di area yang disucikan itu.

 

Saya tanya “mengapa tidak menjauh?”

“udah ga tahan, dia kira ga ada yang lihat juga kan, dia pura pura duduk di air lautnya”

“Jangan main main dengan apapun di Bali, boleh beda keyakinan tetapi tetap harus menghormati satu sama lain jika ingin selamat dan happy berlibur di Bali, Bali ini indah dan ramah selama kita menjunjung adab dan menghormati budaya dan kepercayaan disini” jawab saya.

 

Tepat jam empat pagi kesadaran Andy pulih. Saat dia sudah benar benar sadar, yang dia minta Cuma makan. Lapar katanya. Setelah saya beri makan dan istirahat sebentar saya minta mereka segera ke bandara, sebelum waktu yang ditentukan habis.

 

Masih ingin “main main” dengan tanah Bali??

Salam damai semesta.

 

 


Cerita Mistis Bali. Sakralnya Pemujaan Ratu Ayu Mas Subandar

 



Saya akan mencoba menulis cerita mistis Bali dengan kapasitas saya yang bukan penduduk asli Bali, hanya kebetulan saya tinggal di Bali dan bergaul dengan masyarakat asli Bali sejak tahun 1998.

 

Cerita mistis ini dilatar belakangi PURA DALEM BALINGKANG, Pura yang sangat sakral tempat sembayang masyarakat Hindu Bali. Dimana di dalam Pura suci ini ada Gedong linggih Ratu Mas Ayu Subandar.

Bagi saya pura ini cukup unik karena biarpun ini pura asli masyarakat Hindu Bali tetapi disana banyak ornamen China mirip dengan Klenteng bagi pemeluk agama Kong Hu chu. Kok bisa??

 

Cerita mistis Bali , pura Dalem Balingkang ini awalnya  memiliki legenda kisah cinta Raja Sri Jaya Pangus. Dalam legenda itu dikisahkan bahwa situs Pura Dalem Balingkang adalah sebuah kerajaan pada masa pemerintahan Sri Jaya Pangus dengan pusat kerajaan di Desa Sukawana di sekitar bukit Panarajon atau Penulisan. Pembuatan Pura Dalem Balingkang berawal dari kesalahan Raja Sri Jaya Pangus menikahi Putri seorang saudagar dari Cina yang bernama Kang Cing Wie yang tidak mendapat restu Ayahnya. Akhirnya Raja Sri Jaya Pangus terusir dari istana Panarajon dan mendirikan istananya yang kemudian di sebut Dalem Balingkang. Banyak versi dari cerita asal usul Pura dalem Balingkang. Tetapi disini saya tidak akan mengupas tentang sejarah keberadaan Pura sakral dan suci bagi umat Hindu Bali ini.

 

Saya akan bercerita tentang kekaguman saya terhadap Ratu Mas Ayu Subandar, kekuatan beliau membuat saya benar benar mengakui bahwa Bali memang sangat layak disebut Pulau Dewata dengan semua mistis dan sakralnya. Sosok Agung Ratu Mas Ayu Subandar atau biasa di panggil Ratu Niang Subandar yang juga bernama Kang Cing Wie. Bagi masyarakat Hindu Bali pemujaan pada beliau biasanya untuk memohon kelancaran rejeki atau berkah bagi pekerjaan. Bagi saya beliau seperti Dewi pemberi berkah rejeki atau kekayaan.

 

Saya melihat dibeberapa rumah adat Bali, ada yg memiliki kamar suci atau gedong suci

Kamar suci berbeda dengan Sanggah atau Merajan keluarga (pengertian awam bagi kita Pura keluarga, tempat sembahyang leluhur yang selalu ada dalam rumah induk pada masyarakat Hindu Bali) masyarakat Hindu BALI yang mempunyai kamar atau gedong suci biasanya mereka yang memiliki anugerah khusus yang di sebut “Ngiring”

“Ngiring” adalah murni anugerah dari Bethara Bethari tidak bisa diminta atau dipelajari, biasanya pribadi yang terpilh akan menjadi “Tapakan” (Tempat Linggih Bethara Bethari) banyak tanda tanda khusus bagi orang yang mendapatkan anugerah ini, biasanya mata batinnya akan terbuka, ada yang berambut gimbal secara mistis dimana rambut gimbal ini tidak diijinkan digunting. Yang paling menakjubkan bagi saya mereka bisa mendadak punya kemampuan supranatural. Mampu menjadi healer atau mampu meramal dengan tepat. Saya melihat sendiri bagaimana banyak orang sakit yang sembuh dengan pertolongan Tapakan ini. Banyak sekali Bethara bethari di Bali yang memilih tapakan beliau sendiri sendiri, salah satu yang saya lihat dengan jelas dan saya kenal dekat adalah tapakan Ratu Mas Ayu Subandar. Bagi pribadi yang terpilih untuk menerima anugerah ini sama sekali tidak bisa mundur atau menolak, resikonya terlalu besar. Bisa berujung sakit, kehancuran hidup bahkan kematian. Tetapi bagi yang taat mengabdi, jaminan damai dan ketenangan batin pasti mereka peluk selain mereka harus mengabdikan hidup mereka untuk menolong sesama.

 

Saya pribadi punya pengalaman sakral dan mistis dengan Ratu Niang Subandar. Saat itu salah satu teman saya yang mendapat anugerah Ngiring Ratu Niang Subandar bercerita kepada saya, bahwa Sang Ratu Niang Subandar menguasai dan memberi berkah bukan hanya rejeki tetapi apapun termasuk lautan. Saat itu saya hanya tersenyum walaupun hati saya ragu.

 

Naah saat itu setelah ngobrol dengan tapakan beliau saya yang masih ada tugas gladi bersih sebagai Master of Ceremony disebuah acara di hotel setempat, saya pamit berangkat. Namanya juga gladi bersih di hotel, saya harus rapi donk, saya pakai motor ke hotel, harus menempuh perjalanan yang tidak pendek sekitar tiga puluh menit. Saat itu mendung gelap sekali,  karena ingat kalimat tapakan tadi bahwa beliau juga menguasai laut dan air. Dari atas motor saya hanya katakan dalam hati “Ratu Niang, jika Ratu Niang memang menguasai air, tolong jaga saya supaya tidak kehujanan” apakah saya katakan itu karena saya mengimani cerita teman saya? Tentu tidak. Semua saya katakan iseng saja. Ajaibnya dijalan ternyata HUJAN dan air hujan itu sama sekali tidak membasahi saya. Saat motor saya melaju hanya bagian belakang atau boncengan motor saya saja yang kuyup oleh air hujan sedangkan saya tidak sama sekali. Sampai saya tiba di hotel tujuan. Padahal saya tanpa jas hujan!

 

Sejak saat itu saya mengakui kesakralan Bali, saya paham dengan sebutan Bali adalah Pulau Dewata dan setiap jengkal tanah Bali mistis da sakral.

Sembah dan hormat saya untuk Ratu Ayu Mas Subandar

Hormat dan kagum saya pada kesakralan pulau Dewata.

Jika dalam penulisan ini ada bagian yang salah, dengan hormat dan kagum saya pada kesakralan Bali maafkan saya, karena saya menulis dari pengalaman pribadi dan kaca mata orang awam yang bukan pemeluk Hindu Bali.

 

Salam damai semesta.

Wisata Kuliner Murah di Jogja, Angkringan Kopi Jos Lek Man Hilang?

 



Jogja dengan segala pesonanya, siapa yang tidak jatuh cinta? Kota budaya dan kota pelajar ini memang mengagumkan.

 

Wisata kuliner murah di Jogja yang beragam sungguh membuat rindu. Gudeg, angkringan, soto sampah atau mie godognya, hmmm… yummy sekali.

 

Menurut saya, walah satu wisata kuliner murah Jogja adalah kopi Jos Lek Man. Siapa yang tidak tahu dengan Kopi Jos Jogja?

 

Angkringan yang letaknya di samping stasiun Tugu ini selalu ramai pembeli. Paling asik jika kita beruntung dan bisa duduk tepat di depan pikulan kayu kuno angkringan ini. Kita bisa melihat yang menyeduh kopi jos.

 

Duuh…, ini adalah nikmat tersendiri. Bunyi jooosss dari arang kayu panas yang dimasukkan dalam secangkir kopi hitam membuat saya benar-benar merasakan oksigen Jogja yang sesungguhnya.

 

Angkringan yang selalu ramai ini seringkali membuat kita tidak kebagian duduk di depan pikulan tua itu. Akan tetapi, tenang saja, Lek Man menyiapkan tikar-tikar di sepanjang trotoar untuk kita duduk lesehan di sana.

 

Itu pun, jika hari libur tidak jarang kita harus antri untuk duduk di tikar itu. Jika tidak sabar menunggu, silakan cari kopi jos di angkringan lain di sebelahnya. Berjajar banyak sekali penjual kopi arang panas di sana.

 

Beberapa hari yang lalu, saya yang juga pemburu wisata kuliner murah Jogja, saat lewat di samping stasiun Tugu, menengok tempat Lek Man. Tempat itu biasa digunakan Lek Man untuk menjajakan kopi josnya.

 

Sayang sekali, tempat itu jadi sepi dan berubah. Terlihat bentangan bahu stasiun Tugu itu jadi bersih. Ke mana kopi jos Lek Man menghilang?

 

Penasaran, saya mencari di mana pindahnya kopi jos Lek Man. Karena bagi saya, tidak mungkin salah satu wisata kuliner murah Jogja itu gulung tikar.

 

Setelah mencari beritanya melalui Google, saya jadi tahu. Sejak 8 April 2021 para peracik kopi jos itu pindah ke sisi selatan stasiun Tugu.

 




Tempat itu disiapkan oleh PT Kereta Api Indonesia DAOPS 6 Yogyakarta. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari penataan stasiun Tugu.

 

 Pindahnya wisata kuliner murah Jogja ini di Slasar Malioboro. Sebuah bangunan mirip ruko yang bergaya klasik. Di sini para peracik kopi areng dikumpulkan.

 

Tempatnya tepat di depan Hotel Neo Malioboro, tetapi bukan ruko yang kaku. Slasar Malioboro mengusung konsep terbuka, sehingga udara bebas masuk ke dalam ruangan. Di samping juga disiapkan tempat lesehan dengan banyak tikar.




 

Saat ke sana saya hanya berdecak kagum, sebab Lek Man tidak ada matinya. Untuk pesan satu gelas kopi jos yang dibandrol tujuh ribu rupiah, saya harus rela antri cukup panjang.

 

Duhai pembaca, tidak rindukah dengan rasa kopi yang ada aroma sangit dari arang panas dan bunyi jos itu? Suara yang membuat kita merasakan sensasi beda, khususnya para pecinta kopi hitam. Ke Jogja, yuuk.*

 

Penulis: Nyai Sampur

 

Editor: Blackrose

 

 

Bicara Drakor, Punya Pasangan Orang Korea Enak ngga, sih?


 

Drama Korea alias drakor dan K-Pop sedang digandrungi banyak orang. Bahkan rasanya, yang tidak kenal dengan Gong Yu akan dianggap sungguh terlalu! Lalu, tidak sedikit yang kemudian bermimpi punya pasangan orang Korea.

 

Saya sendiri punya pasangan orang Korea. Kami sudah tujuh tahun menjalani kehidupan bersama. Banyak hal tidak sama dengan yang ada di drakor.

 

Untuk pembaca yang suka dengan drakor, saya akan membagikan suka-duka mempunyai pasangan orang Korea. Apa saja asiknya dan apa saja kendalanya saat kita punya pasangan pria Korea.

Pertama saya ingin berpesan, jangan terburu bermimpi, kita akan medapatkan sosok lelaki dengan karakter seperti yang ada di drakor.

 

Mau tahu bagian mana yang sama dengan di drakor saat kita punya pasangan orang Korea? Simak ini, ya.

 

Saat kita nonton drakor, kebanyakan tokoh prianya jarang sekali mengucapkan sarange. Itu memang karakter mereka.

 

Mereka akan sangat jarang mengatakan cinta. Sementara kita sebagai perempuan pastinya suka sekali dengan bisikan sarange dari orang yang paling kita cintai. Bener, ngga?

 

Mereka lebih pada praktek atau tindakan-tindakan kecil yang romantis. Misalnya menjerang air panas dalam gelas, lalu dibungkus kain saat musim dingin untuk dipegang berdua.

 

Kemudian melihat bintang di langit berdua, atau melepas jaketnya untuk kita saat udara begitu dingin. Hal-hal kecil ini menjadi budaya dan kebiasaan pria Korea.

 

Saat kita katakan I Love You, mungkin mereka hanya bereaksi dengan pelukan atau apa pun selain jawaban I Love You too.

 

Kalimat I love You atau sarange hanya akan mereka katakan pada saat yang bagi mereka penting sekali dan itu sangat jarang. Hal lainnya benar-benar tidak sama dengan drama Korea.

 

Kemudian bagi yang sudah juga mempunyai kekasih orang Korea, jangan berharap terlalu cepat dibawa atau dikenalkan pada lingkungannya. Jangan juga berharap dibawa ke lingkungan teman-teman terdekat atau keluarga misalnya.

 

Mereka butuh waktu yang cukup lama untuk yakin dan membawa kita pada lingkungan terdekatnya. Hal ini membutuhkan kesabaran kita juga jika ingin punya pasangan orang Korea.

 

Sebelumnya, kita akan merasa dan berpikir, mengapa saya disembunyikan? Ada apa sebenarnya? Benarkah dia cinta saya?

 

Akan butuh waktu cukup lama untuk mereka benar-benar yakin, lalu menggandeng tangan kita pada lingkungan terdekatnya.

 

Catatan lain, perhitungan mereka secara financial sangat detail

 

Terkadang bagi mereka, saat di awal dating, bayar sendiri-sendiri itu sudah biasa. Awalnya sebagian teman saya, saat tahu saya mulai dekat dengan pria Korea, mereka punya satu suara, orang Korea pelit, lho!

 

Tenang, sebab itu hanya di awal saja. Nanti saat sudah benar-benar bersama, semua akan berubah

 

Kemudian soal bermesraan di depan umum

 

Saat kita melihat drama Korea, si tokoh prianya seringkali dengan romatisnya dan cuek bermesraan di depan umum. Catat! Itu hanya ada dalam drama Korea.

 

Realitanya, mereka jarang begitu. Bagi mereka mungkin malu dan bukan kebiasaan mereka. Akan tetapi, membawakan tas kita, itu sudah biasa.

 

Atau, saat tali sepatu kita lepas, dia cuek saja dengan sekitar untuk merapikan tali sepatu. Hal ini pun sudah biasa. Tetapi, untuk bermesraan seperti dalam drama Korea, itu jangan diharapkan.

 

Hal lain lagi, mereka pribadi yang sensitif dan melankolis

 

Pria Korea tidak segan memperlihatkan emosinya saat mereka sedang sedih atau merasa hancur. Saya bahkan sering berpikir, mengapa dia lebih melankolis dari saya, ya?

 

Ya, seperti itulah secara garis besar karakter mereka. Untuk mengekspresikan kesedihan adalah hal wajar bagi mereka.

 

So, masih bermimpi punya pasangan orang Korea?*

 

Penulis: Nyai Sampur

 

Editor: Blackrose


Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Tiga


 

Sebelum membaca cerita mistis dan teror rumah angker bagian tiga ini, ada baiknya pembaca membuka dan membaca dulu bagian satu dan dua.

 

Pada cerita mistis dan teror di rumah angker bagian dua sudah saya ceritakan penuturan Pak Larwo. Pembaca tentu dapat membayangkan, betapa saya memerlukan waktu beberapa saat untuk diam, setelah mendengar cerita Pak Larwo.

 

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, cerita mistis dan teror rumah angker di lereng Lawu ini berawal ketika saya dan suami tinggal di rumah tua yang kami sewa di sekitar Tawangmangu dan cemoro kandang. Rumah ini terletak di kaki Gunung Lawu.

 

Saat itu saya bahagia sekali. Setelah melewati hari-hari mencekam seorang diri, akhirnya suami saya pulang ke rumah yang kami sewa bersama itu. Tentu saja saya berharap tak akan ada lagi cerita mistis dan teror rumah angker.

Banyak yang saya ceritakan saat itu pada suami. Khususnya bagaimana saya harus ketakutan sendiri dengan semua teror arwah di rumah itu.

 

Tanggapan suami saya seperti biasanya, dia hanya tersenyum. Tentu saja dia paham sekali kalau saya mempunyai kemampuan melihat hal-hal mistis.

 

“Sudah hampir delapan tahun mata batinmu terbuka, mengapa masih saja takut?” tanya suami saya. “Harusnya kamu sudah terbiasa dengan semua itu. Enjoy saja, Sayang,” hiburnya.

 

Tentu saja saya langsung menjawab, “Tidak takut bagaimana toh, Mas? Kalau saya tidak sendirian, saya tidak takut sama sekali, tapi kalau sendirian ya saya takut.”

 

“Kamu harus bisa hadapi ketakutanmu, karena kamu juga tidak bisa menutup mata batinmu. Itu justru bagus, kamu jadi tahu apa yang terjadi di dimensi lain.”

 

Percakapan kami tentang cerita mistis di rumah ini kami akhiri dengan secangkir kopi pahit dan pisang goreng sebagai kudapan. Kami sama-sama mencoba melupakan kejadian-kejadian yang saya alami.

 

Beberapa hari setelah itu, saat saya sedang santai duduk di meja makan, tiba-tiba ada istri Pak Larwo sudah masuk ke rumah lewat pintu samping. Pintu itu memang jarang saya tutup. Bu Larwo sudah berdiri di depan meja makan saya.

 

“Mbak, saya lihat pintunya terbuka, jadi saya masuk saja,” katanya dengan sopan. “Saya ke sini mau minta tolong, Mbak. Saya pinjam uang lima ratus ribu, besok saya kembalikan.”

 

“Untuk apa, Bu?” tanya saya.

 

“Untuk bayar arisan, Mbak. Uang saya ga cukup,” jawab Bu Larwo.

 

“Begini saja, Bu, kalau uang sebanyak itu terus terang saya ga ada, sebentar yaa….”

 

Saya ke kamar mengambil selembar uang seratus ribu, lalu memberikannya pada Bu Larwo.

 

“Bu, pakai saja uang ini, ga perlu berpikir untuk kembalikan uang ini ke saya. Pakai saja yang saya punya, saya mampu kasih cuma itu, Bu, sisanya untuk kebutuhan saya di sini juga.”

 

Setelah ucapkan terima kasih, Bu Larwo pun pulang.

 

Besoknya, saat saya mau ke pasar, saya cari dompet saya di dapur tidak ada, paniklah saya. Karena di sana bukan hanya uang saja, tetapi ada KTP, kartu ATM, dan SIM saya. Untuk pulang mengurus semua yang hilang itu terbayang kan, repotnya.

 

“Mas, Maaasss… lihat dompet saya ga?” tanya saya kepada suami saya.

 

“Nggak, saya tidak lihat,” jawab suami saya.

 

“Dompet saya hilang, Mas, kemarin Bu Larwo ke sini mau pinjam uang, kan? Jangan-jangan….”

 

“Jangan curiga dulu,” potong suami saya. “Kamu ingat-ingat dulu, kamu letakkan di mana dompetmu.”

 

Hasilnya, sampai malam dompet itu raib entah ke mana, dan saya tetap saja panik. Saat saya sedang di dapur menyiapkan makan malam, suami saya menghampiri saya.

 

“Sayang,” katanya, “kemarin arwah ibu-ibu tua di gudang belakang minta dupa kan, ke kamu? Saya minta, kamu kasih saja, kamu ngotot ga mau.”

 

“Iya, kenapa?” tanya saya, tak tahu arah pembicaraan.

 

“Kamu kan, bisa interaksi dengan arwah. Coba kamu nyalain dupa untuk ibu tua itu. Kamu tanya di mana dompetmu. Saya pikir dan yakin ibu itu yang sembunyikan, karena keinginannya tidak kamu berikan. Ayo, saya siapkan dupanya, saya yang nyalakan. Kamu yang ajak bicara.”

 

Saya tidak begitu yakin dengan ucapak suami saya, tapi karena penasaran, malam itu saya bersedia. Setelah dupa dinyalakan, saya mencoba mengajak berinteraksi arwah ibu di gudang yang letaknya di belakang dapur rumah kami.

 

Sejenak aroma dupa begitu harum memenuhi ruang dapur, sampai akhirnya sosok arwah ibu itu muncul. Terlihat serupa siluet yang tidak terlalu jernih, tetapi cukup jelas sosoknya.

 

“Permisi, Bu, di mana dompet saya?” Saya segera bertanya padanya.

 

“Di kamar saya,” jawab arwah itu datar.

 

“Sayang, coba kamu ke gudang, cari dompetnya di sana. Kata ibu ini, dia bawa ke kamarnya,” kata saya pada suami saya.

 

Suami saya bergegas ke gudang rumah dan benar, di sana ada dompet saya. Perjanjian kami dengan pemilik rumah, rumah itu hak tinggal kami, kecuali gudang, karena gudang itu dipakai pemilik rumah untuk menyimpan barang-barangnya.

 

Gudang itu punya pintu yang langsung ke dalam rumah yang saya tinggal. Sedang pintu lainnya dari gang di samping rumah, yang terhubung dengan rumah dan memang tidak pernah dia kunci.

 

Titip, istilah sang nyonya rumah, biar saya dan suami sesekali bisa melihat, kali saja ada yang bocor. Jadi saya belum tentu tiga minggu sekali masuk gudang itu.

 

Apalagi saya tahu, gudang itu angker. Arwah perempuan yang sering ke dapur rumah, setiap kali menghilang, dia kembali ke gudang itu, yang dia sebut kamarnya.

 

“Semua ada, Sayang. KTP, SIM, dan kartu ATM lengkap, tetapi uangnya tidak ada semua. Tanyakan di mana,” kata suami saya.

 

“Bu, di mana uangnya?” tanya saya tak sabar, dengan sengatan wangi dupa masih memenuhi dapur.

 

Sementara itu, suami saya berdiri tak sabar dan penasaran di samping saya. Arwah perempuan itu menunjuk pada kotak kardus berisi tumpukan kantong plastik bekas di sudut dapur.

 

“Sayang, tolong bongkar kotak kardus itu,” ucap saya pada suami saya, dan lima lembar uang seratus ribu masih utuh, tergulung dalam kotak kardus besar itu.

 

“Kamu sih, sudah saya bilang kasih saja dupa yang dia minta daripada dia jahil ke kita,” gerutu suami saya”

 

Penulis: Nyai Sampur

 

Editor: Blackrose

 

 

 


Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!

  Hai pembaca, jumpa lagi dengan Nyai Sampur. Saat ini saya sedang tidak ingin bercerita hal mistis. Kita berbincang santai sambil ngopi, yu...