Friday, July 12, 2013

Aku Perempuan, Nistakah jika aku Mendua??









Namaku Kirana Luka Prabowo, cukup panggil aku Luka! Aku perempuan biasa, bervagina,seperti perempuan lain aku punya sisi Keperempuanan yang butuh disentuh.

Kisah cintaku bisa kukatakan pelik. Aku mencintai Rangga. Laki-laki yang aku kenal lewat panggung drama monolog yang dia mainkan. Saat itu dia mainkan tiga watak yang sangat berbeda dengan sempurna. Tanpa aku sadari, hatiku mulai tercecer disana.



Dimulai dengan perkenalan sederhana, kami mulai saling mengisi hari masing-masing. Waktu menggulungku pada rongga-rongga romantisme, setiap pelukan, ciuman dan desah-desah kecil menghiasi hariku dengan Rangga.

Aku jatuh cinta padanya, aku hanyut dalam semua rinai cinta yang dia ciptakan untukku. Dia laki-laki gagah tanpa banyak kata, tanpa gombalisasi itu nilaiku untuknya. Awalnya aku bahagia dengan semua sikapnya. Tapi saat keperempuananku mulai menuntut bahu yang kekar untukku bersandar, saat rapuhku menuntut pelukan hangatnya. Aku mulai sangat kehilangan, aku mulai sangat kesepian, dia terlalu dingin dan beku, terlalu apa adanya tanpa bisa peduli rasaku. Aku kesepian! Aku menggigil dalam bekunya! Dan dia tetap dengan semua arogansi rasanya... Tak bergeming sedikitpun!

Sampai saatnya, saat luka Îηî memerah berdarah, saat kecewa Îηî menjadi borok yang tidak pernah terobati, Dimas... Laki-laki masa laluku muncul begitu saja. Begitu saja dia datang ke kotaku, begitu saja dia berdiri dihadapanku, begitu saja dia berikan senyumnya, begitu saja dia sentuh keperempuananku.

Aku, Kirana Luka Prabowo hanyut dalam pesona Lelaki berbahu indah itu. Sampai kesadaran membawaku pada Rangga, lelaki yang masih sangat menguasai jiwaku. Rasa takut kehilangan Rangga membuatku merasa harus selesaikan semua urusanku dengan Dimas.

Logikanya aku akan lebih bahagia dengan Dimas. Tapi nyatanya Rangga... Rangga penguasa jiwaku, jiwaku sudah terpasung dalam jiwanya, dan cinta terlalu arogan untuk kembalikan kunci setiap pasungan itu.

Malam itu disebuah kafe, aku duduk semeja dengan Dimas.

"Luka, sebenarnya aku tahu dirimu milik Rangga, kamu tidak perlu jelaskan Îηî lagi padaku, aku sudah tahu sayang.... Tapi maaf tidak sedikitpun kepedulianku pada Rangga. Aku hanya merasa Luka milik Dimas. Dan aku datang untuk milikku sendiri"

"Aku milik Rangga Dimas... Bahkan saat aku lari darinya. Dia masih sepenuhnya jiwaku. Mungkin aku gila. Aku sendiri nyaris tidak mengenali diri ku sendiri. Tapi aku tidak mampu pungkiri itu. Aku masih sangat mencintai Rangga..."

Kemudian senyap. Dimas hanya menarik napas panjang dan menghembuskan bersama kepulan asap rokok dari bibirnya. Lalu dia tersenyum...

"Senyummu getir banget Dimas... kamu kecewa dengan pengakuanku??"

"Tidak! Aku tahu kamu lebih suka aku daripada Rangga, Laki-laki itu yang harusnya cemburu..." jawab Dimas datar tanpa ekspresi.

"Dari mana kamu simpulkan hal itu? "

"Insting seorang bajingan saja"

"Dimas, aku cinta Rangga... hanya saja dia tidak pernah sentuh sisi perempuanku, entah apa alasan dia, aku hanya merasa berada disisi sebuah boneka salju yang dingin, aku tidak pernah merasa diingini, aku tidak pernah merasa dilindungi, sedang aku perempuan normal, rasa diingini adalah surga bagi seorang perempuan"

"Aku mau kamu selalu berada di surgamu Luka... kamu akan selalu dalam surgamu, karena aku selalu menginginkanmu, aku selalu bergairah saat kau disampingku, kau disurgamu sekarang sayang...."

aku hanya mampu menatap getir cangkir kopi didepanku, tanpa aku tahu apa yang bisa aku jawab pada lelaki dihadapanku. Aku hanya bermain dengan tumpukan kata 'seandainya' dalam pikiranku, dalam imajinasiku, kecewaku, harapanku dan mimpi-mimpiku... seandainya Rangga yang mengatakan itu, seandainya Rangga sedikit saja mau berdamai dengan keinginanku, seandainya dia mau sedikit saja peduli dengan resahku... tentunya aku tak butuh bahu lain untuk aku bersandar... seandainya....

"Sayang...." Dimas sentuh pundakku lembut.

"Iya.... Ada apa?" Jawabku gugup..

"Aku inginkan kamu, jika Rangga tetap menjadi pilihanmu, aku ijinkan kau menggapai cintamu, hanya ijinkan aku tetap disampingmu, ijinkan aku memilikimu, aku nyaman bersamamu, jadilah pelacurku, jadilah pawang semua hasratku"

"Gila! Hanya perempuan gila yang mau melakukan itu Dimas!" Jawabku mulai gusar

"Ayolah Luka, kamu tidak akan begitu seresah ini bila kamu tidak ada rasa buat aku, kamu tidak akan hanyut dalam pelukku jika kamu sendiri tidak menginginkanku
Luka... Ingatkah saat aku hantar kamu pulang, aku minta mie instan padamu? Itu hanya alibi agar aku bebas lebih lama menikmati kebersamaan aku dengan kamu.
Ingatkah malam itu saat aku berusaha peluk kamu, ada dahaga yang kau tahan sayang..."

"Aku tahu, mie instan itu hanya alibi. Aku bukan anak kemarin sore yang masih lugu, tapi aku tidak akan mau mengulang malam itu lagi"

"Tapi saat aku hantar kamu pulang, apakah kamu berharap agar aku menyentuh kamu atau setidaknya sekedar untuk tinggal lebih lama lagi?"

"Ya"

"Ya?? Untuk yang mana? Tinggal lebih lama atau aku sentuh kamu?"

"Ah, Dimas... Aku hanya suka caramu menjagaku, aku hanya suka caramu melindungiku, itu yang tidak pernah aku dapatkan dari Rangga.." Jawabku perih, dinding-dinding tipis dimataku sudah mulai pecah.

"Dimas, ada yang aku minta dari kamu"

"Apa sayang?"

"Janjilah padaku, bahwa kamu tidak akan pernah kontak dengan Rangga. Seemosi apapun kamu. Semarah apapun kamu padaku, atau semarah apapun kamu pada Rangga, entah marah karena kamu cemburu atau marah karena melihat perlakuan Rangga padaku. Apapun itu. Bisa??"

"Bisa"

"Janji?? Meskipun aku tidak pernah mau bertemu kamu lagi?"

"Harus mau dong, selamanya..."

"Ga bisa Dimas. Jangan!!"

"Bisa sayang, jangan takut, aku tidak akan melarangmu berikan hati dan cintamu pada Rangga, kalau memang dia bahagiamu.. Kejarlah... Aku bersumpah tidak akan pernah mengganggu hubungan kamu dengan lelaki itu, kita bisa mencari cara untuk tetap bersama, atau wujudkan mimpi-mimpi yang aku tahu berusaha kau matikan, kita bisa bercinta kapanpun kita mau, aku mengiginkanmu Luka, sangat!"

"Cari Perempuan lain Dimas, jangan aku.."

"Tidak"

"Janji padaku Dimas. Biarpun aku tidak bisa kau temui lagi. Dirimu tidak akan lakukan tindakan bodoh, dengan menghubungi Rangga apapun alasannya. Janjilah Dimas... Biar aku tenang."

"Iya. Tapi aku yakin dirimu selalu mau aku temui. Karena tanpa kamu sadari kamu telah jatuh hati sama si bangsat Dimas ini"

"Aku tidak akan ambil resiko terlalu besar, aku tidak akan mau temui kamu lagi, saat Îηî aku hanya ingin selesaikan Îηî, aku tidak mau kehilangan Rangga."

"Hmmm...."

"Kamu akan kelelahan menungguku Dimas.. Pergilah"

"Biarkan itu menjadi urusanku, lihat saja nanti..." jawab Dimas tetap sedatar senyumnya.


♣♣♣♣♣♣♣♣♣
Sayang...
salahkah jika aku selingkuhi hatimu??
Salahkah jika aku sandarkan hatiku pada bahu yang tidak sebenarnya, sementara bahumu tak pernah ada untukku??
Cinta bukan hanya sebatas dimengerti...
Cinta tidak hanya sebatas menerima semua tentang kamu...
Aku diciptakan menjadi rusuk yang hilang...
bukan hanya untuk kau cari, kau dapatkan lalu kau diam dan beku.
Aku manusia bervagina. punya sisi terlembut yang butuh kau sentuh. Aku kau sebut PEREMPUAN!
Bukankah tuturmu yang acap kali ucapkan bahwa dirimu pecinta Perempuan??
Ya... aku PEREMPUAN.
Runtukku dalam hati saat aku sudah sendiri dalam kamarku yang sedingin biasa. Entah dimana Rangga berada...


Salam Cinta : Jingga


Desa Rangkat adalah komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan minat dalam dunia tulis menulis fiksi. Jika berkenan silahkan berkunjung, berkenalan, dan bermain peran dan fiksi bersama kami di Desa Rangkat


2 comments:

  1. Desa Rangkat, Manstaf :)

    ReplyDelete
  2. Kalau dilihat kata Manstaf dan bangganya dengan Desa Rangkat... pasti ini ayah Edy...
    ayah... desa kita akan selalu semanstaf mimpi-mimpi dan semangat Ayah...

    peluk sayang untuk ayah :)

    ReplyDelete

Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!

  Hai pembaca, jumpa lagi dengan Nyai Sampur. Saat ini saya sedang tidak ingin bercerita hal mistis. Kita berbincang santai sambil ngopi, yu...