Thursday, November 18, 2021

Misteri di Balik Ketinggian Gunung Lawu, Pendaki Mau Selamat? Baca Ini

Photo By Jemmy Effendy


 

Gunung lawu yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki ketinggian 3.265 mdpl. Memang banyak di kenal memiliki aroma mistis yang kuat, bahkan dikenal sebagai gunung terangker di Indonesia,  Tidak sedikit cerita mistis yang dilatar belakangi misteri Gunung lawu ini. Kali ini Nyai Sampur akan mengajak pembaca untuk menelisik bagian kecil dari mitos mistis yang beredar pada pendakian Gunung lawu. 


Gunung Lawu yang dikenal tempat moksanya Prabu Brawijaya V terkenal sakral dan penuh cerita mistis. Apa saja yang dilarang dilakukan saat mendaki gunung Lawu? Menurut mitos cerita mistis setempat. 


1. Jangan berkata kotor saat  mendaki

Berkata sembarang yang diaggap kotor menjadi pamali saat mendaki. Di percaya Gunung Lawu adalah tempat banyak roh halus dari kerajaan Majapahit. Dimana mereka tidak suka dengan kata kata kasar dan kotor. 


2. Mengeluh saat mendaki

Mengeluh capek atau dingin sangat pamali saat mendaki Lawu, dipercaya jika pendaki mengeluh capek niscaya tidak akan sampai ke puncak. Yang mengeluh dingin niscaya akan makin kedinginan. Banyak pendaki yang mengeluh capek, yang ada malah mereka hanya berputar putar di area itu sampai mereka menyadari kesalahan mereka dan meminta maaf, maka perjalanan kembali lancar.   


3. Seperti yang banyak orang tahu, di Gunug Lawu ada banyak area  Mistis. Salah satunya pasar setan yang disebut juga pasar Dieng.

Saat melewati pasar setan,  sering kali terdengar keriuhan padahal secara kasat mata tidak terlihat aktifitas apapun, jika mendengar suara berbahasa Jawa “Arep tuku opo mas?” (mau beli apa mas) segera saja buang uang berapa saja. Yang pasti buang disekitar kita mendengar suara tanya itu. Lalu petik satu daun seperti kita sedang belanja. 


4. Dilarang megusir atau mengganggu kupu kupu berwarna hitam dengan bulatan besar berwarna biru mengkilap.

Dipercaya itu adalah perwujudan penjaga Gunung lawu, jika bertemu dengan kupu kupu jenis ini maka artinya pendaki disambut baik oleh penunggu tak kasat mata di sana. Jangan di ganggu jika pendaki ingin selamat sampai tujuan. 


5. Pantangan mendaki dengan jumlah ganjil 

Dipercaya mendaki dengan jumlah ganjil akan mendapat kesialan. Terkadang ada mahluk tak kasat mata yang mengikuti rombongan dalam jumlah ganjil. Dan mereka mengganggu dengan berbagai cara. Hingga menyesatkan pendakian. 


6. Pantangan menggunakan baju berwarna hijau pupus

Pantangan memakai baju hijau pupus ini berkaitan dengan penguasa tunggal pantai selatan Kanjeng Ratu Pantai selatan yang sangat menyukai warna hijau. Di percaya yang menggunakan baju berwarna hijau pupus ada kemungkinan akan hilang, diambil oleh Kanjeng Ratu Pantai Selatan. 


7. Jika melihat ada kabut angin (ampak ampak) disertai dengan suara gemuruh turun saja, jangan nekat naik. Atau berbaring telungkup di tanah. 

Di percaya jika melanggar, akan banyak kesialan bahkan terbawa kabut dan tersesat. 


8. Jika mengalami kejadian aneh jangan diceritakan saat itu juga. 

Seperti yang kita tahu banyak hal mistis yang bisa saja terjadi di gunung Lawu. Jika mengalami kejadian mistis dilarang menceritakan itu saat masih di area Gunung. Simpan saja sendiri. Pendaki baru boleh menceritakan saat sudah di bawah. 


9. Jangan memakai pakaian jenis Mrutu Sewu

Pendaki dilarang mengenakan pakaian atau atribut bercorak Mrutu Sewu, gadung melati dan poleng. Kerena di percaya corak itu sangat disukai Nyai Roro Kidul. 


Aturan aturan itu sangat perlu diperhatikan saat ingin mendaki ke Gunung Lawu yang kita kenal sebagai salah satu Gunung terangker di Indonesia. Karena banyak kejadian pendaki yang berani melanggar mereka kesurupan atau mengalami kesialan saat pendakian. 

Terlepas apakah hal ini hanya sekedar mitos atau benar adanya, bagi Nyai Sampur tidak ada salahnya menjunjung tinggi kearifan lokal dan mentaatinya demi keselamatan bersama.


Salam damai semesta.

No comments:

Post a Comment

Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!

  Hai pembaca, jumpa lagi dengan Nyai Sampur. Saat ini saya sedang tidak ingin bercerita hal mistis. Kita berbincang santai sambil ngopi, yu...