Aku tidak sedang bercerita tentang “Episode Cinta Rangkat”, aku sedang berkisah tentang jejak hatimu, tentang kisah cinta kita yang sesungguhnya, aku bisa bercerita seribu desah, tentang ciumanmu, tentang pelukan membabi buta yang sering kita lewati, tentang tanganku yang tak ingin diam saat disampingmu, tentang bening matamu yang selalu liar memandang setiap lekuk tubuhku, tentang candamu yang selalu binal menggoda, aku bisa berkisah panjang tentang semua itu bang! Aku tak perlu takut dengan norma yang membelungguku, aku tak perlu gentar dengan teriakan zinah yang memekakkan telinga, sampai terbakar hasrat pembaca, sampai mendidih cemburu mereka yang miliki hati diam-diam padaku atau sampai membucah cemburu pemilik hatimu yang sesungguhnya! Aaaahhh…. Aku tak takut! Aku berulang kali lakukan ini, tarian-tarian yang jauh dari kata santun, aku bisa tarikan sejauh yang aku inginkan! Mengapa??? Karena semua hanya permainan jariku pada hayalan-hayalan maya, yang aku bangun dari satu Episode Cinta Rangkat ke Episode Cinta Rangkat yang lain, tak ada zinah di Episode Maya yang kita bangun, kau lelakiku, kau suamiku, kau ikat aku dalam ijab suci. Aku pemilik ragamu yang sah, aku pemguasa desahmu yang sesungguhnya, napaskupun hanya milikmu.
Hahahahahhaha… aku bisa tuliskan itu panjang bang! Tapi TIDAK… hari ini aku tak ingin berkisah tentang kisah-kisah maya, aku tak ingin berceracau tentang jejak maya kita, aku ingin berkisah tentang jejak hatimu yang sesungguhnya, tentang cintamu pada desa Maya yang kita bangun bersama, desa maya yang membuatku mengenalmu, yang menghantarku menyebutmu “Abang” dengan hatiku….
Abang,
Aahhh…. Aku selalu bergetar tiap kali dengan hati aku sebut kata ini untukmu, abang sosok yang begitu hangat, pelukanmu tak sehangat pelukan Mas Hans atau kang Hikmat, tiap kali abang tepat di depanku, abang hanya memelukku sekilas, yaah.. hanya sekilas.. tapi semua bukan berarti tanpa cinta, caramu memanjakanku, caramu menjagaku, caramu mencemaskanku, caramu marah padaku, ahch! Semua membuatku trenyuh… abang sosok kakak yang sangat hangat.
Abang, Jingga lagi sedih…. Boleh pinjam bahunya sebentar bang? BBM yang kadang aku kirim untukmu saat aku butuh didengar.
“Abang, please… jangan emosi dulu ke jingga, jangan marah dulu, jingga takut, temani jingga, duduk samping jingga dulu, ga perlu bersuara, temani saja… itu akan tenangkan jingga.” Aku ingat kalimat ini pernah aku kirim saat aku keras kepala dengan semua kebandelanku. Dan kau saat itu juga redakan semua irama katamu, “sini jingga, duduk disamping abang, bersandarlah dibahu abang kalau memang itu ringankan jingga”
Abang, bagaimana aku tak menyayangimu?? Bagaimana aku tak menghormati sosokmu?? Kau begitu tulus memelukku layaknya saudara sedarah.
Tentang jejak hatimu untuk Rangkat,
Abang, banggamu terhadap desa kita tak dapat diragukan lagi.
Aku ingat semua jawaban-jawaban spontanmu saat aku, bang Halim, dirimu dan Acik dalam bus Damri menuju Bogor, saat kondektur Bus tanyakan “mau kemana?” dengan nada bangga yang tidak bisa kau tutupi, dengan lantang tak peduli penumpang lain mendengar, tak peduli orang akan memandang aneh ke arahmu, kau lantang jawab “DESA RANGKAT”, saat kita sudah di Bogor menunggu jemputan ayah Edy Priatna, kita duduk dipinggir jalan, tiap kali ada angkot yang tawarkan jasanya, kau selalu lantang jawab “Saya mau ke DESA RANGKAT” mungkin orang melihat ini kelakar lucu, tapi aku tahu, itu kebanggaanmu. Desa ini kebanggaanmu.
Abang, aku masih ingat, kalimatmu saat jarak kembali memisahkan kita setelah KOPDAR, Jingga, abang ingin nantinya abang mati dipelukan teman-teman Rangkat. Apa ini kalimat fiksi untuk bahan ECR?? TIDAK! Itu kau ucapkan dengan hatimu. Dengan cintamu.
Orang bisa berpikir dirimu Lebay… tapi inilah dirimu…
Inilah dirimu saat kau mencintai sesuatu, kau erat memeluknya, kau bangga dengannya, hatimu benar-benar ada disana.
Abang, cintamu ke desa maya ini tak bisa aku ragukan lagi…
Aku mencintai caramu mencintai Desa ini…
Tak ada yang sempurna bang, cara kita mencintai Desa masing-masing berbeda dan pasti tak ada yang sempurna, aku mencintai ketidak sempurnaanmu itu….
Aku titipkan Desa ini untuk kau pimpin bang…
Bukan karena aku Bu RT di ECR
Tapi karena aku Jingga yang bisa melihat cintamu pada Desa ini..
Jingga sayang Desa ini, ini detak jingga, jingga tau… ini juga Nadimu…
Jaga Desa kita ya bang…
Peluk sayang:
Jingga
No comments:
Post a Comment