Malam ku hanya malam dengan balutan sepi, aku hanya perempuan yg bermain dengan imajinasi tentangmu, aku perempuan luka, ya.. ya.. aku perempuan luka dengan 1001 nanah yg lelah mengalir.
Jangan pernah manja! Aku tak suka perempuan manja!
Yang artinya duka ku adalah duka ku jangan pernah mengusikmu. Kau terlalu sibuk dengan duniamu. Entah dunia apa aku juga tidak mengerti.
Jangan pernah telp aku jika aku tidak menghubungimu!
Ya.. ya… demi cinta dan sebuah pengabdian aku hanya mampu
tunduk dalam satu kata taat. Aku berusaha bekukan rinduku akan suaramu
yang pernah ku dengar, aku berusaha menghapus memory di otakku
bagaimana renyahnya tawamu, aku berusaha halau rasa inginku
mendengarmu tanyakan “sedang apa kau say? Bagaimana dirimu hari ini
sehat? ” aahhh… pertanyaan rutin yang dulu tiap pagi kau
lontarkan dengan mesra. Aku punya banyak catatan kecil setiap canda kita
dulu, catatan yang aku simpan dalam folder manis di blackBerry ku.
Dulu… ya… dulu… kau pernah mainkan banyak kata dan tawa untukku. Dan
selalu ku baca saat rindu merajam jiwaku. Tahu kah kau say… saat ini
aku sama sekali tak berani menyentuh file itu. Aku takut saat semua
kembali terangkat, memory ku kembali pada renyahnya manjamu. Saat itu
aku akan di rajam rindu yang menyesakkan ruang hatiku. Tapi aku… aku
hanya mampu menikmati setiap luka rindu berdarah tanpa mampu menuntut
apapun. Karena beku mu akan selimuti hariku saat kau tahu titik-titik
inginku.
Kau harus mengerti saat aku tak balas sms mu berarti aku sedang bekerja.
Ahhh… sekarang bagian yang dulu masih mungkin aku sentuh saat rindu ini menyiksa kau tutup!
Sayang….
Kapan kau sekedar duduk disampingku??? Tanyaku dalam hati..
Hanya dalam hati karena suaraku hanya boleh kau dengar saat kau inginkan.
Aku hanya perempuan yang harus duduk diam menunggumu diantar oleh sang
waktu, bagaimana aku bisa melepasmu jika kau kunci hatiku, dan kau
tak pernah mau melepas kuncinya.
Aku harus selalu duduk di depan pintu , mungkin sampai senja beranjak
pergi dan gelap membungkam hari. Tanpa embun sejuk tanpa penghangat
tubuh. Aku harus tetap menunggu. Beku… sendiri… sampai kau bisikkan di
telingaku “sudah makan sayang??”Hanya sebuah catatan kecil, perempuan yang hanya kau simpan diujung hatimu tanpa tersentuh jiwamu, tanpa kau ijinkan mendengar keluhmu atau berbagi bahagiamu. Hanya kau simpan diujung hatimu dengan lentera kecil yang hampir padam, dengan nadi sayang yang makin melemah, tapi tak juga kau terbangkan lepas atau kau dekap hangat.
No comments:
Post a Comment