|
Sinta |
Sinta:
Ombak putih berdesir membisikkan sebuah
nama, Rama. Sebuah nama yang telah menjadi pergunjingan, tidak hanya
oleh orang-orang di sekitarku, tetapi juga oleh hati dan pikiranku.
Haruskah mereka bertentangan satu sama lain?
Ah, ombak itu. Andaikan dia menyapa
laksana tsunami, sempatkah dia bertanya siapa Rama, apa latar
belakangnya, apa pekerjaannya? Apakah karena pekerjaan Rama yang
berkutat pada pemuasan nafsu perempuan-perempuan borjuis menjadikan dia
seorang yang tak layak? Tak layak untuk siapa? Tak layak untuk apa?
Siapakah yang menentukan kelayakan itu? Aku? Rama? Perempuan-perempuan
borjuis itu? Atau orang-orang di sekitarku? Tidakkah Rama mempunyai hak
untuk mencintai dan dicintai? Tidakkah dia mempunyai kesempatan yang
sama seperti dengan yang lain?
Rama, rasa ini hadir bukan atas
kehendakku dan aku tak bisa membohongi hati ini. Jujur aku menyayangimu.
Jujur aku mencintaimu. Jika seorang Maria Magdalena dapat memperoleh
kasihNya yang sempurna, mengapa tidak dengan dirimu? Penilaian mereka
adalah urusan mereka pribadi dan mutlak bukan penilaianku. Biarkan hanya
kasihNya yang menilai kita. Aku, hanyalah perempuan biasa yang ingin
menjalani cinta kasih yang seperti mata air, jujur dan bening.