Cerita mistis bali datang dari seorang cenayang di bali, beliau menceritakan kepada saya cerita mistis Bali, untuk mempermudah cerita, maka saya akan menggunakan bahasa “saya” dan menggunakan nama Nyai Sampur.
Sebut saja saya
Nyai Sampur, cenayang yang selalu setia
dengan aroma kretek, jatuh cinta pada wewangian dupa dan kembang kantil.
Cerita
mistis Bali akan saya mulai saat saya mendapat telpon dari seorang teman dari
Kuta sedangkan saya sendiri tinggal di Gianyar Bali.
“Nyai, bisa
minta tolong ada tamu dari Jawa kesurupan sudah tiga hari, tubuhnya terbanting kebawah,
kadang kejang, dia di hotel daerah kuta. Minta tolong nyai, ini kami sudah
tidak tahu harus bagaimana”
“ok besok
kalian bawa kesini saja” jawab saya.
“malam ini
nyai, kondisi anak ini sudah lemah banget, daritadi tubuhnya kejang”
“Sudah jam
dua belas tengah malam ini, besok saja apa ga bisa?” saya masih berusaha tidak
malam ini, karena saya tinggal di perumahan, ga etis terima tamu tengah malam.
“Ga bisa
Nyai, besok sore dia sudah harus balik ke Surabaya, malam ini kami bawa ke rumah
nyai please…”
“Ok…. Cari bungkak
gading dan canang saya tunggu di rumah”
Cerita
mistis Bali memang banyak dan beragam tetapi kebanyakan karena tamu atau
wisatawan yang datang yang kurang mengerti adab dan menghormati area suci umat
Hindu Bali. Saya sudah tidak terkejut jika tiba tiba ada wisatawan kesurupan
atau mendadak sakit tanpa sebab. Bahkan lebih sering kesal. Mengapa tata krama tidak
di pakai. Kita bertamu di daerah baru sewajarnya hormati adab dan budaya
setempat.
Bungkak
gading itu apa? Kalau di Jawa biasa di sebut cengkir gading ( buah kelapa muda,
biasanya kecil dan berwarna kuning keemasan)
Cerita
mistis Bali. Setelah menunggu hampir
satu jam, sebuah mobil sudah parkir di
depan rumah, ternyata berisi lima orang. Dan yang kesurupan seorang pemuda yang
cukup belia kisaran usia dua puluh lima tahun. Kondisinya sudah benar benar
tidak terkontrol, di dalam mobil tubuhnya bisa melenting ke belakang, bola
matanya sudah tidak terlihat, hanya tampak putihnya saja. Pemuda ini sebut saja
namanya Andy. Harus di gendong empat
orang yang lain untuk bisa masuk ke dalam rumah.
“Tidurkan
dilantai saja, jangan di sofa. Kasihan kalau terbanting” ucap saya.
Andy yang
di geletakkan di lantai rumah saya, sebentar mengeram, sebentar teriak,
sebentar mengangkat tubuhnya sendiri lalu membanting diri. Mengerikan! Sementara
saya menyalakan dupa dan menyiapkan ubo rampe yang lain. Saat aroma dupa mulai menguasai
ruangan suasana mistis semakin mencekam.
Latar belakang
saya yang cenayang Jawa maka saya gunakan cara Jawa untuk menolong Andy. Saya
nyalakan gending macopat, gending kuno kesukaan “Ibu” yang selama ini
mendampingi saya. Sementara saya duduk disamping Andy yang entah jiwanya
sendiri dimana, yang pasti yang di dalam tubuhnya entah siapa. Saya nyalakan
kretek dan mulai menghisap kretek di tangan saya dibarengi dengan aroma dupa
dan gending Jawa kuno. Saya coba berkomunikasi dengan roh yang ada dalam tubuh
Andy.
“Permisi
jero, Jero ini siapa? Kasihan anak ini sudah tidak kuat, bisakah jero memaafkan
dan meninggalkan tubuh anak ini?” ucap saya.
“apa syarat
dari Jero, biar anak ini bebas?” tanya saya beruntun
Saya
mencoba berkomunikasi cukup panjang dengan roh dalam tubuh Andy. Setelah hampir
satu jam baru roh ini mengatakan bahwa beliau tidak minta apapun, bersedia
meninggalkan tubuh Andy lepas jam empat pagi, dengan syarat jam sepuluh pagi
Andy sudah harus keluar dari tanah Bali.
Saya
tanyakan ke temannya. Apa sanggup? Tiketnya ada atau tidak, kalau tiketnya
sore, sekarang juga cari tiket pulang ke Surabaya jika mau temannya selamat. Temannya
menyanggupi. Karena ini bukan weekend pasti bisa beli tiket mendadak di
bandara.
Sambil
menunggu jam empat pagi, saya ngobrol dengan temannya sebut saja namanya Hari.
Lalu hari menceritakan bahwa sebelum kesurupan, mereka jalan jalan ke Tanah
Lot, seperti yang kita tahu di tanah lot ada tempat suci untuk masyarakat Hindu
Bali. Sebuah gua di pantai yang biasa dipakai melukat atau pembersihan diri
bagi umat Hindu Bali. Andy ini sempat ikut ritual melukat disana, setelah
melukat dia merasa ingin buang air kecil. Dan dia buang air kecil di area yang
disucikan itu.
Saya tanya
“mengapa tidak menjauh?”
“udah ga
tahan, dia kira ga ada yang lihat juga kan, dia pura pura duduk di air lautnya”
“Jangan
main main dengan apapun di Bali, boleh beda keyakinan tetapi tetap harus
menghormati satu sama lain jika ingin selamat dan happy berlibur di Bali, Bali
ini indah dan ramah selama kita menjunjung adab dan menghormati budaya dan
kepercayaan disini” jawab saya.
Tepat jam
empat pagi kesadaran Andy pulih. Saat dia sudah benar benar sadar, yang dia
minta Cuma makan. Lapar katanya. Setelah saya beri makan dan istirahat sebentar
saya minta mereka segera ke bandara, sebelum waktu yang ditentukan habis.
Masih ingin
“main main” dengan tanah Bali??
Salam damai
semesta.
No comments:
Post a Comment