Thursday, November 18, 2021

Cerita Mistis Bali. Jangan lakukan hal ini di Bali jika anda ingin selamat.

 


Cerita mistis bali datang dari seorang cenayang di bali, beliau menceritakan kepada saya cerita mistis Bali, untuk mempermudah cerita, maka saya akan menggunakan bahasa “saya” dan menggunakan nama Nyai Sampur.

 

Sebut saja saya  Nyai Sampur, cenayang yang selalu setia dengan aroma kretek, jatuh cinta pada wewangian dupa dan kembang kantil.

Cerita mistis Bali akan saya mulai saat saya mendapat telpon dari seorang teman dari Kuta sedangkan saya sendiri tinggal di Gianyar Bali.

“Nyai, bisa minta tolong ada tamu dari Jawa kesurupan sudah tiga hari, tubuhnya terbanting kebawah, kadang kejang, dia di hotel daerah kuta. Minta tolong nyai, ini kami sudah tidak tahu harus bagaimana”

“ok besok kalian bawa kesini saja” jawab saya.

“malam ini nyai, kondisi anak ini sudah lemah banget, daritadi tubuhnya kejang”

“Sudah jam dua belas tengah malam ini, besok saja apa ga bisa?” saya masih berusaha tidak malam ini, karena saya tinggal di perumahan, ga etis terima tamu tengah malam.

“Ga bisa Nyai, besok sore dia sudah harus balik ke Surabaya, malam ini kami bawa ke rumah nyai please…”

“Ok…. Cari bungkak gading dan canang saya tunggu di rumah”

 

Cerita mistis Bali memang banyak dan beragam tetapi kebanyakan karena tamu atau wisatawan yang datang yang kurang mengerti adab dan menghormati area suci umat Hindu Bali. Saya sudah tidak terkejut jika tiba tiba ada wisatawan kesurupan atau mendadak sakit tanpa sebab. Bahkan lebih sering kesal. Mengapa tata krama tidak di pakai. Kita bertamu di daerah baru sewajarnya hormati adab dan budaya setempat.

Bungkak gading itu apa? Kalau di Jawa biasa di sebut cengkir gading ( buah kelapa muda, biasanya kecil dan berwarna kuning keemasan)

 

Cerita mistis Bali.  Setelah menunggu hampir satu jam, sebuah mobil  sudah parkir di depan rumah, ternyata berisi lima orang. Dan yang kesurupan seorang pemuda yang cukup belia kisaran usia dua puluh lima tahun. Kondisinya sudah benar benar tidak terkontrol, di dalam mobil tubuhnya bisa melenting ke belakang, bola matanya sudah tidak terlihat, hanya tampak putihnya saja. Pemuda ini sebut saja namanya Andy.  Harus di gendong empat orang yang lain untuk bisa masuk ke dalam rumah.

 

“Tidurkan dilantai saja, jangan di sofa. Kasihan kalau terbanting” ucap saya.

Andy yang di geletakkan di lantai rumah saya, sebentar mengeram, sebentar teriak, sebentar mengangkat tubuhnya sendiri lalu membanting diri. Mengerikan! Sementara saya menyalakan dupa dan menyiapkan ubo rampe yang lain. Saat aroma dupa mulai menguasai ruangan suasana mistis semakin mencekam.

Latar belakang saya yang cenayang Jawa maka saya gunakan cara Jawa untuk menolong Andy. Saya nyalakan gending macopat, gending kuno kesukaan “Ibu” yang selama ini mendampingi saya. Sementara saya duduk disamping Andy yang entah jiwanya sendiri dimana, yang pasti yang di dalam tubuhnya entah siapa. Saya nyalakan kretek dan mulai menghisap kretek di tangan saya dibarengi dengan aroma dupa dan gending Jawa kuno. Saya coba berkomunikasi dengan roh yang ada dalam tubuh Andy.

“Permisi jero, Jero ini siapa? Kasihan anak ini sudah tidak kuat, bisakah jero memaafkan dan meninggalkan tubuh anak ini?” ucap saya.

“apa syarat dari Jero, biar anak ini bebas?” tanya saya beruntun

Saya mencoba berkomunikasi cukup panjang dengan roh dalam tubuh Andy. Setelah hampir satu jam baru roh ini mengatakan bahwa beliau tidak minta apapun, bersedia meninggalkan tubuh Andy lepas jam empat pagi, dengan syarat jam sepuluh pagi Andy sudah harus keluar dari tanah Bali.

 

Saya tanyakan ke temannya. Apa sanggup? Tiketnya ada atau tidak, kalau tiketnya sore, sekarang juga cari tiket pulang ke Surabaya jika mau temannya selamat. Temannya menyanggupi. Karena ini bukan weekend pasti bisa beli tiket mendadak di bandara.

 

Sambil menunggu jam empat pagi, saya ngobrol dengan temannya sebut saja namanya Hari. Lalu hari menceritakan bahwa sebelum kesurupan, mereka jalan jalan ke Tanah Lot, seperti yang kita tahu di tanah lot ada tempat suci untuk masyarakat Hindu Bali. Sebuah gua di pantai yang biasa dipakai melukat atau pembersihan diri bagi umat Hindu Bali. Andy ini sempat ikut ritual melukat disana, setelah melukat dia merasa ingin buang air kecil. Dan dia buang air kecil di area yang disucikan itu.

 

Saya tanya “mengapa tidak menjauh?”

“udah ga tahan, dia kira ga ada yang lihat juga kan, dia pura pura duduk di air lautnya”

“Jangan main main dengan apapun di Bali, boleh beda keyakinan tetapi tetap harus menghormati satu sama lain jika ingin selamat dan happy berlibur di Bali, Bali ini indah dan ramah selama kita menjunjung adab dan menghormati budaya dan kepercayaan disini” jawab saya.

 

Tepat jam empat pagi kesadaran Andy pulih. Saat dia sudah benar benar sadar, yang dia minta Cuma makan. Lapar katanya. Setelah saya beri makan dan istirahat sebentar saya minta mereka segera ke bandara, sebelum waktu yang ditentukan habis.

 

Masih ingin “main main” dengan tanah Bali??

Salam damai semesta.

 

 


No comments:

Post a Comment

Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!

  Hai pembaca, jumpa lagi dengan Nyai Sampur. Saat ini saya sedang tidak ingin bercerita hal mistis. Kita berbincang santai sambil ngopi, yu...