Saya akan mencoba menulis cerita mistis Bali dengan
kapasitas saya yang bukan penduduk asli Bali, hanya kebetulan saya tinggal di
Bali dan bergaul dengan masyarakat asli Bali sejak tahun 1998.
Cerita mistis ini dilatar belakangi PURA DALEM
BALINGKANG, Pura yang sangat sakral tempat sembayang masyarakat Hindu Bali. Dimana
di dalam Pura suci ini ada Gedong linggih Ratu Mas Ayu Subandar.
Bagi saya pura ini cukup unik karena biarpun ini pura
asli masyarakat Hindu Bali tetapi disana banyak ornamen China mirip dengan
Klenteng bagi pemeluk agama Kong Hu chu. Kok bisa??
Cerita mistis Bali , pura Dalem Balingkang ini awalnya
memiliki legenda kisah cinta Raja Sri
Jaya Pangus. Dalam legenda itu dikisahkan bahwa situs Pura Dalem Balingkang adalah
sebuah kerajaan pada masa pemerintahan Sri Jaya Pangus dengan pusat kerajaan di
Desa Sukawana di sekitar bukit Panarajon atau Penulisan. Pembuatan Pura Dalem
Balingkang berawal dari kesalahan Raja Sri Jaya Pangus menikahi Putri seorang
saudagar dari Cina yang bernama Kang Cing Wie yang tidak mendapat restu Ayahnya.
Akhirnya Raja Sri Jaya Pangus terusir dari istana Panarajon dan mendirikan
istananya yang kemudian di sebut Dalem Balingkang. Banyak versi dari cerita
asal usul Pura dalem Balingkang. Tetapi disini saya tidak akan mengupas tentang
sejarah keberadaan Pura sakral dan suci bagi umat Hindu Bali ini.
Saya akan bercerita tentang kekaguman saya terhadap
Ratu Mas Ayu Subandar, kekuatan beliau membuat saya benar benar mengakui bahwa Bali
memang sangat layak disebut Pulau Dewata dengan semua mistis dan sakralnya. Sosok
Agung Ratu Mas Ayu Subandar atau biasa di panggil Ratu Niang Subandar yang juga
bernama Kang Cing Wie. Bagi masyarakat Hindu Bali pemujaan pada beliau biasanya
untuk memohon kelancaran rejeki atau berkah bagi pekerjaan. Bagi saya beliau
seperti Dewi pemberi berkah rejeki atau kekayaan.
Saya melihat dibeberapa rumah adat Bali, ada yg
memiliki kamar suci atau gedong suci
Kamar suci berbeda dengan Sanggah atau Merajan
keluarga (pengertian awam bagi kita Pura keluarga, tempat sembahyang leluhur
yang selalu ada dalam rumah induk pada masyarakat Hindu Bali) masyarakat Hindu
BALI yang mempunyai kamar atau gedong suci biasanya mereka yang memiliki
anugerah khusus yang di sebut “Ngiring”
“Ngiring” adalah murni anugerah dari Bethara Bethari
tidak bisa diminta atau dipelajari, biasanya pribadi yang terpilh akan menjadi “Tapakan”
(Tempat Linggih Bethara Bethari) banyak tanda tanda khusus bagi orang yang
mendapatkan anugerah ini, biasanya mata batinnya akan terbuka, ada yang
berambut gimbal secara mistis dimana rambut gimbal ini tidak diijinkan digunting.
Yang paling menakjubkan bagi saya mereka bisa mendadak punya kemampuan
supranatural. Mampu menjadi healer atau mampu meramal dengan tepat. Saya melihat
sendiri bagaimana banyak orang sakit yang sembuh dengan pertolongan Tapakan
ini. Banyak sekali Bethara bethari di Bali yang memilih tapakan beliau sendiri
sendiri, salah satu yang saya lihat dengan jelas dan saya kenal dekat adalah
tapakan Ratu Mas Ayu Subandar. Bagi pribadi yang terpilih untuk menerima
anugerah ini sama sekali tidak bisa mundur atau menolak, resikonya terlalu
besar. Bisa berujung sakit, kehancuran hidup bahkan kematian. Tetapi bagi yang
taat mengabdi, jaminan damai dan ketenangan batin pasti mereka peluk selain
mereka harus mengabdikan hidup mereka untuk menolong sesama.
Saya pribadi punya pengalaman sakral dan mistis dengan
Ratu Niang Subandar. Saat itu salah satu teman saya yang mendapat anugerah
Ngiring Ratu Niang Subandar bercerita kepada saya, bahwa Sang Ratu Niang
Subandar menguasai dan memberi berkah bukan hanya rejeki tetapi apapun termasuk
lautan. Saat itu saya hanya tersenyum walaupun hati saya ragu.
Naah saat itu setelah ngobrol dengan tapakan beliau
saya yang masih ada tugas gladi bersih sebagai Master of Ceremony disebuah
acara di hotel setempat, saya pamit berangkat. Namanya juga gladi bersih di
hotel, saya harus rapi donk, saya pakai motor ke hotel, harus menempuh
perjalanan yang tidak pendek sekitar tiga puluh menit. Saat itu mendung gelap
sekali, karena ingat kalimat tapakan
tadi bahwa beliau juga menguasai laut dan air. Dari atas motor saya hanya
katakan dalam hati “Ratu Niang, jika Ratu Niang memang menguasai air, tolong
jaga saya supaya tidak kehujanan” apakah saya katakan itu karena saya mengimani
cerita teman saya? Tentu tidak. Semua saya katakan iseng saja. Ajaibnya dijalan
ternyata HUJAN dan air hujan itu sama sekali tidak membasahi saya. Saat motor
saya melaju hanya bagian belakang atau boncengan motor saya saja yang kuyup
oleh air hujan sedangkan saya tidak sama sekali. Sampai saya tiba di hotel
tujuan. Padahal saya tanpa jas hujan!
Sejak saat itu saya mengakui kesakralan Bali, saya
paham dengan sebutan Bali adalah Pulau Dewata dan setiap jengkal tanah Bali
mistis da sakral.
Sembah dan hormat saya untuk Ratu Ayu Mas Subandar
Hormat dan kagum saya pada kesakralan pulau Dewata.
Jika dalam penulisan ini ada bagian yang salah, dengan
hormat dan kagum saya pada kesakralan Bali maafkan saya, karena saya menulis
dari pengalaman pribadi dan kaca mata orang awam yang bukan pemeluk Hindu Bali.
Salam damai semesta.
No comments:
Post a Comment