Thursday, November 18, 2021

Cerita Mistis Bali. Sakralnya Pemujaan Ratu Ayu Mas Subandar

 



Saya akan mencoba menulis cerita mistis Bali dengan kapasitas saya yang bukan penduduk asli Bali, hanya kebetulan saya tinggal di Bali dan bergaul dengan masyarakat asli Bali sejak tahun 1998.

 

Cerita mistis ini dilatar belakangi PURA DALEM BALINGKANG, Pura yang sangat sakral tempat sembayang masyarakat Hindu Bali. Dimana di dalam Pura suci ini ada Gedong linggih Ratu Mas Ayu Subandar.

Bagi saya pura ini cukup unik karena biarpun ini pura asli masyarakat Hindu Bali tetapi disana banyak ornamen China mirip dengan Klenteng bagi pemeluk agama Kong Hu chu. Kok bisa??

 

Cerita mistis Bali , pura Dalem Balingkang ini awalnya  memiliki legenda kisah cinta Raja Sri Jaya Pangus. Dalam legenda itu dikisahkan bahwa situs Pura Dalem Balingkang adalah sebuah kerajaan pada masa pemerintahan Sri Jaya Pangus dengan pusat kerajaan di Desa Sukawana di sekitar bukit Panarajon atau Penulisan. Pembuatan Pura Dalem Balingkang berawal dari kesalahan Raja Sri Jaya Pangus menikahi Putri seorang saudagar dari Cina yang bernama Kang Cing Wie yang tidak mendapat restu Ayahnya. Akhirnya Raja Sri Jaya Pangus terusir dari istana Panarajon dan mendirikan istananya yang kemudian di sebut Dalem Balingkang. Banyak versi dari cerita asal usul Pura dalem Balingkang. Tetapi disini saya tidak akan mengupas tentang sejarah keberadaan Pura sakral dan suci bagi umat Hindu Bali ini.

 

Saya akan bercerita tentang kekaguman saya terhadap Ratu Mas Ayu Subandar, kekuatan beliau membuat saya benar benar mengakui bahwa Bali memang sangat layak disebut Pulau Dewata dengan semua mistis dan sakralnya. Sosok Agung Ratu Mas Ayu Subandar atau biasa di panggil Ratu Niang Subandar yang juga bernama Kang Cing Wie. Bagi masyarakat Hindu Bali pemujaan pada beliau biasanya untuk memohon kelancaran rejeki atau berkah bagi pekerjaan. Bagi saya beliau seperti Dewi pemberi berkah rejeki atau kekayaan.

 

Saya melihat dibeberapa rumah adat Bali, ada yg memiliki kamar suci atau gedong suci

Kamar suci berbeda dengan Sanggah atau Merajan keluarga (pengertian awam bagi kita Pura keluarga, tempat sembahyang leluhur yang selalu ada dalam rumah induk pada masyarakat Hindu Bali) masyarakat Hindu BALI yang mempunyai kamar atau gedong suci biasanya mereka yang memiliki anugerah khusus yang di sebut “Ngiring”

“Ngiring” adalah murni anugerah dari Bethara Bethari tidak bisa diminta atau dipelajari, biasanya pribadi yang terpilh akan menjadi “Tapakan” (Tempat Linggih Bethara Bethari) banyak tanda tanda khusus bagi orang yang mendapatkan anugerah ini, biasanya mata batinnya akan terbuka, ada yang berambut gimbal secara mistis dimana rambut gimbal ini tidak diijinkan digunting. Yang paling menakjubkan bagi saya mereka bisa mendadak punya kemampuan supranatural. Mampu menjadi healer atau mampu meramal dengan tepat. Saya melihat sendiri bagaimana banyak orang sakit yang sembuh dengan pertolongan Tapakan ini. Banyak sekali Bethara bethari di Bali yang memilih tapakan beliau sendiri sendiri, salah satu yang saya lihat dengan jelas dan saya kenal dekat adalah tapakan Ratu Mas Ayu Subandar. Bagi pribadi yang terpilih untuk menerima anugerah ini sama sekali tidak bisa mundur atau menolak, resikonya terlalu besar. Bisa berujung sakit, kehancuran hidup bahkan kematian. Tetapi bagi yang taat mengabdi, jaminan damai dan ketenangan batin pasti mereka peluk selain mereka harus mengabdikan hidup mereka untuk menolong sesama.

 

Saya pribadi punya pengalaman sakral dan mistis dengan Ratu Niang Subandar. Saat itu salah satu teman saya yang mendapat anugerah Ngiring Ratu Niang Subandar bercerita kepada saya, bahwa Sang Ratu Niang Subandar menguasai dan memberi berkah bukan hanya rejeki tetapi apapun termasuk lautan. Saat itu saya hanya tersenyum walaupun hati saya ragu.

 

Naah saat itu setelah ngobrol dengan tapakan beliau saya yang masih ada tugas gladi bersih sebagai Master of Ceremony disebuah acara di hotel setempat, saya pamit berangkat. Namanya juga gladi bersih di hotel, saya harus rapi donk, saya pakai motor ke hotel, harus menempuh perjalanan yang tidak pendek sekitar tiga puluh menit. Saat itu mendung gelap sekali,  karena ingat kalimat tapakan tadi bahwa beliau juga menguasai laut dan air. Dari atas motor saya hanya katakan dalam hati “Ratu Niang, jika Ratu Niang memang menguasai air, tolong jaga saya supaya tidak kehujanan” apakah saya katakan itu karena saya mengimani cerita teman saya? Tentu tidak. Semua saya katakan iseng saja. Ajaibnya dijalan ternyata HUJAN dan air hujan itu sama sekali tidak membasahi saya. Saat motor saya melaju hanya bagian belakang atau boncengan motor saya saja yang kuyup oleh air hujan sedangkan saya tidak sama sekali. Sampai saya tiba di hotel tujuan. Padahal saya tanpa jas hujan!

 

Sejak saat itu saya mengakui kesakralan Bali, saya paham dengan sebutan Bali adalah Pulau Dewata dan setiap jengkal tanah Bali mistis da sakral.

Sembah dan hormat saya untuk Ratu Ayu Mas Subandar

Hormat dan kagum saya pada kesakralan pulau Dewata.

Jika dalam penulisan ini ada bagian yang salah, dengan hormat dan kagum saya pada kesakralan Bali maafkan saya, karena saya menulis dari pengalaman pribadi dan kaca mata orang awam yang bukan pemeluk Hindu Bali.

 

Salam damai semesta.

No comments:

Post a Comment

Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!

  Hai pembaca, jumpa lagi dengan Nyai Sampur. Saat ini saya sedang tidak ingin bercerita hal mistis. Kita berbincang santai sambil ngopi, yu...