Ketika kita
bicara tentang cerita mistis, orang akan mengartikan dengan berbagai macam
asumsi. Ada yang mengatakan bahwa mistis berkaitan erat dengan cerita hantu,
tidak sedikit yang menghubungkannya dengan dunia gaib.
Tidak jarang
cerita mistis dianggap sebagai kisah fiksi saja. Namun demikian, diakui atau
tidak, segala sesuatu yang berhubungan dengan misteri selalu menarik untuk
digali.
Cerita
mistis ini saya alami saat saya menyewa sebuah rumah tua di kaki Gunung Lawu.
Awalnya saya dengan suami ingin menepi dari hiruk-pikuk kota. Kami pasangan
yang sama-sama mencintai hening, sama-sama tidak betah dengan udara yang panas
dan penuh polusi.
Mimpi kami
bisa menepi, tinggal di lereng gunung yang berhawa sejuk. Hingga saatnya empat
tahun lalu kami kebetulan berkunjung di telaga Sarangan, lalu mencoba melihat
daerah sekitar sana.
Cemoro
Kandang, Cemoro Sewu, hingga Tawangmangu, membuat kami jatuh cinta. Udaranya
yang sejuk, masyarakatnya yang ramah, dan alamnya yang memukau, membuat kami
mencoba mencari kontrakan rumah di sekitar sana.
Pekerjaan
saya tidak menuntut saya harus diam di satu tempat. Demikian pula pekerjaan
suami juga sama. Hal ini membuat kami akhirnya berusaha mewujudkan keinginan
kami untuk tinggal di sana.
Sampai pada
akhirnya kami menemukan satu rumah tua dengan harga yang cukup terjangkau di
sana.
Rumah itu
sudah lama tidak berpenghuni. Butuh waktu kurang lebih tiga bulan untuk pemilik
rumah memperbaiki rumah itu sampai kami bisa menempatinya.
Pekerjaan
kami memang tidak menuntut kami diam di satu tempat, tapi sesekali salah satu
di antara kami harus pergi. Tidak jarang, kami berdua harus pergi bukan pada
satu tempat yang sama.
Sepuluh hari
pertama menempati rumah itu, semua biasa saja. Sampai pada suatu hari suami
saya harus meninggalkan rumah dan saya sendiri di rumah. Di sini cerita mistis
itu dimulai.
Dari siang
sampai malam semua berjalan biasa saja. Tidak ada sesuatu yang aneh terjadi.
Jika di atap rumah sesekali banyak bunyi rebut, itu suara kucing. Sampai
sekitar jam tiga pagi saya terbangun karena di dapur rumah kami ada suara
seperti orang sibuk memasak.
Awalnya saya
pikir tetangga yang memasak terlalu dini, tetapi setelah kesadaran saya
terkumpul, saya mencoba fokus mendengar suara keributan di dapur itu. Ternyata
suara itu dari dapur rumah kami.
Saya
berpikir, apakah tuan rumah masuk rumah kami tanpa permisi, tapi mengapa
pagi-pagi buta? Saya keluar dari kamar berjalan menuju dapur. Semakin mendekat
ke dapur suara itu semakin jelas, dan ternyata di dapur tidak ada siapa pun,
hanya ada suara orang sibuk beraktivitas dan asap putih di atas kompor.
Asap putih
itu bukan menyerupai asap memasak dari kompor gas, tetapi seperti kepulan asap
memasak dari dapur tradisional yang masih menggunakan kayu.
Seketika itu
juga tubuh saya terasa kaku dan tidak bisa bergerak. Jantung saya berdetak
entah berapa kali lebih cepat, bulu kuduk saya berdiri.
“Duh Gusti,
saya harus bagaimana?”
Itu saja
kalimat yang sanggup saya keluarkan. Mungkin pembaca akan berpikir, mengapa
tidak membaca doa?
Terlalu
panik dan terlalu takut membuat saya kehilangan sebagian kesadaran berpikir
saya. Untuk beberapa saat saya tidak ingat dengan doa apa pun, yang ada hanya
ketakutan yang luar biasa. Kengerian hingga ke tulang.
Suara-suara
itu berhenti sesaat setelah saya melihat kelebatan perempuan tua dengan jarik
coklat lusuh berjalan masuk ke kamar mandi, lalu menghilang entah ke mana.
Apakah
gangguan mistis itu berhenti sampai pada pagi itu? Tidak. Itu hanya awal
makhluk astral itu memperkenalkan diri.*
Bersambung….
Penulis:
Nyai Sampur
Editor:
Blackrose
No comments:
Post a Comment