Setiap kita pasti tahu, Bali bukan hanya memiliki
banyak destinasi wisata yang menjanjikan keindahan paripurna, Bali juga satu
pulau yang sangat kaya dengan budaya dan adat istiadat. Masyarakat Bali sangat
dekat dengan banyak ragam upacara adat ataupun agama.
Salah satu yang menakjubkan dari Bali bagi saya, semua
ritual dan upacaranya selalu menggunakan bahan bahan dari alam yang dibentuk
menjadi sesuatu nan indah, contohnya penjor, yang berbahan bambu dan janur,
atau tempat persembahan bunga yang di tata diatas janur yang biasa di sebut
Canang. Semua tertata begitu indah, bagi saya dalam setiap upacara Bali banyak
Upakara yang digunakan begitu indah, so bagi nyai Sampur Seni di Bali tidak
akan pernah mati, mengapa? Karena dalam setiap upacara Bali apapun selalu ada
seni di dalamnya. Entah itu kerajinan tangan atau tarian.
Saat seni adalah hobby, bisa saja suatu saat akan
ditiinggalkan, tetapi berbeda di Bali, seni adalah bagian dari kepercayaan yang
harus dijalankan. So bagaimana bisa mati?? Hal ini yang membuat banyak mata di
seluruh dunia yang jatuh cinta pada pulau seribu Pura ini.
Well saat ini saya tidak ingin bercerita banyak
tentang seni dalam konsep ritual di Bali, saya ingin berbagi tentang salah satu
ritual sakral di Bali yang masih ajeg dilakukan oleh masyarakat Bali, bahkan
tidak hanya masyarakat Bali, kitapun bisa mengikuti ritual ini, yaitu MELUKAT.
Melukat itu apa sich? Melukat adalah ritual
membersihkan diri dari energi negatif yang melekat pada diri seseorang, Melukat
bisa dilakukan di griya tempat seorang Pedanda (Pendeta Bali) bisa juga
dilakukan di sumber air yang dipercaya memiliki energi yang suci. Sarana dari
melukat intinya adalah air. Bisa dari air suci yang masyarakat Bali sebut tirta
suci, dimana air ini diambil dari pura pura tertentu atau air yang sudah diisi
doa dan mantram suci. Bisa juga air dari cengkir gading yang sudah didoakan.
Yang sangat menarik bagi saya, tradisi melukat di
alam. Di sumber air yang dipercaya suci. Bagi saya melukat di sumber air ini,
semacam self healing. Upaya seseorang untuk menyembuhkan jiwa dari hal hal
negatif untuk mencapai ketenangan jiwa atau memohon berkah dari Tuhan. Salah satu tempat melukat yang banyak di kenal
wisatawan lokal atau mancanegara adalah di Pura Tirta Empul Tampak Siring.
Di Pura Tirta Empul ini ada mata air suci yang biasa
digunakan untuk tempat melukat bukan hanya masyarakat Hindu Bali tetapi banyak pengunjung
atau wisatawan lokal dan manca negara juga mengikuti ritual ini.
Saya bukan orang Bali, bagaimana caranya? Apakah boleh
saya begitu saja ikut melukat?
Bisa! Asal kita mau melakukan dengan tulus dengan
menjunjung tinggi dan mengikuti aturan yang ada. Seperti mengenakan kain dan
selendang. Saat melukat. Ini wajib! Aturan ini berlaku bukan hanya untuk
perempuan, lelakipun juga harus melakukan hal yang sama. Dan bagi perempuan
yang sedang haid dilarang mengikuti ritual ini. Intinya bukan hanya hati kita
yang harus disiapkan, tetapi fisik kita juga harus ada yang dipersiapkan. Biasanya
selain memakai baju adat Bali, kita juga membawa ubo rampe berupa canang (bunga),
dupa dan Pejati (sesajen yang didalamnya ada canang dan kelapa kuning atau di
Jawa di sebut cengkir gading) setelah semua dipersiapkan, sebelum masuk ke
sumber airnya, berdoalah memohon Tuhan sendiri yang merestui pembersihan diri
kita sehingga ritual Melukat kita benar benar menghasilkan kesegaran lahir
batin bagi jiwa dan raga kita.
Apakah tempat melukat di Bali hanya di Pura Tirta
Empul? Tentu tidak, banyak sekali tempat melukat di Bali, selain kita dibawa
pada tempat dengan energi yang begitu menenangkan hati, kita juga di bawa pada
alam yang sangat indah! Salah satunya Taman Griya Beji Waterfall yang ada di
kabupaten Badung.
Ingin melakukan selfhealing, menemukan ketenangan
batin melalui Melukat? Yuukkk Ke Bali bareng nyai Sampur…
Salam damai semsta.
No comments:
Post a Comment