Nyai Sampur
ingin berbagi cerita mistis tentang rumah pocong sumi di Kotagede Jogja. Sempat
viral kisah rumah pocong sumi kotagede di berbagai cerita mistis baik di
Televisi dan YouTube. Banyak konten yang membahas kisah mistis di balik rumah tua yang sudah empat puluh tahun tidak
berpenghuni.
Apa benar
seangker itu? Apakah benar sebegitu banyaknya arwah gentayangan rumah pocong
sumi Kotagede? Disini saya akan bercerita menurut pengalaman pribadi saya, menurut kapasitas mata batin yang mampu
saya lihat. Mungkin akan banyak perbedaan antara satu pengunjung dengan yang
lainnya. Karena kapasitas masing masing
orang berbeda.
Begini,
sebetulnya sudah lama saya berpikir untuk menjajal nyali ke rumah pocong Sumi
Kotagede, karena banyaknya cerita mistis yang beredar, tetapi entah baru kali
ini saya niatkan melangkah kesana.
Saat sampai
di rumah pocong sumi Kotagede, ternyata pintu gerbang rumah tua itu tergembok,
ada warung kecil tepat di depan rumah pocong sumi, saat itu saya bertanya
kepada ibu pemilik warung bagaimana caranya bisa berkunjung ke rumah pocong
sumi ini, ternyata harus menghubungi Pak Nono juru kunci rumah pocong sumi.
Saat itu saya datang berdua dengan suami saya.
Saya
katakan pada suami saya kita minum saja dulu disini, sambil dipikir lagi jadi
masuk atau tidak.
Ternyata
saat kami sedang menikmati segelas es jeruk manis, Pak Nono sang juru kunci
datang dan membuka gerbang rumah pocong sumi Kotagede. Alhasil kami temui
beliau untuk bisa berkunjung kesana.
Pak Nono
cukup ramah dan bercerita sejarah rumah pocong sumi, sebetulnya rumah tua ini
adalah bangunan bersejarah, bangunan ini berusia lebih dari satu abad. Sudah
menjadi hal umum setiap bangunan kuno dikaitkan dengan aura mistis lalu
menjelma menjadi rumah angker. Rumah tersebut sebenarnya milik saudagar batik
yang kaya raya, dan salah satu anak dari saudagar batik itu sempat menjadi
menteri agama era Soeharto yang kemudian rumah itu ditinggal dalam keadaan kosong
sekitar 40 tahun. Bukan waktu yang singkat, dan layak menjadi rumah
angker! Akhirnya bangunan bersejarah itu
menjadi salah satu cagar budaya dengan membawa atmosfir horror.
|
kamar Mbah Putri |
Lalu siapa
sumi?? Bagaimana sosok pocong sumi? Begini menurut pengakuan pak Nono. Konon
sumi adalah arwah korban perampokan, dia mati terbunuh ditangan gerombolan
perampok yang datang kerumahnya. Bukan hanya di bunuh dan di rampok Sumi juga
menjadi korban pemerkosaan! Konon katanya Sumi hanya tinggal beberapa bulan di
rumah itu lalu menjadi korban pembunuhan.
Namun kabar
yang beredar, masyarakat sekitar yang sudah lama tinggal disana juga tidak
pernah tahu adanya penghuni bernama sumi dan pembunuhan disana, menurut
masyarakat sekitar bisa jadi Sumi adalah mahluk gaib yang berwujud pocong lalu
tinggal di rumah itu. Tidak jarang
pengunjung kesurupan disana. Biasanya
sosok pocong sumi muncul tiap matahari mulai ke barat. Sekitar sore hari hingga
malam hari di teras rumah tersebut.
Bukan hanya
pocong sumi yang ada disana, menurut pengakuan Pak Nono sang juru kunci, disana
juga ada sosok yang disebut mbah putri, mbah putri ini adalah seorang sinden,
dan menempati salah satu kamar di rumah pocong sumi. Sosok mbah putri dikenal
cukup ramah dan suka saat dikunjungi. Tidak jarang pengunjung yang masuk ke
kamar mbah putri bisa tertidur pulas atau bahkan terkadang mbah putri memberi
nasehat pada pengunjung yang datang, tidak sedikit pula pengunjung yang sakit
disembuhkan oleh mbah putri ini. Disini Pak Nono tidak menjelaskan siapa nama
mbah putri ini.
Bangunan
rumah pocong sumi ini terdiri dari tiga kamar, satu kamar di huni oleh sosok
mbah purtri, satu kamar depan ditinggali oleh arwah perempuan korban kekerasan
dan pemerkosaan juga, sosok ini berbaju putih dengan luka bopeng berborok dan
berdarah di sebelah wajahnya. Untuk melihat kamar itu saya tidak bisa masuk
melaui pintu tetapi mengintip melalui jendela kamar yang cukup lebar. Sedangkan
satu kamar lagi benar benar terkunci rapat, Pak Nono sama sekali tidak
mengijinkan siapapun membuka pintu kamar itu, karena mahluk gaib dikamar itu
adalah sosok leak yang memiliki aura negatif dan liar.
Saat itu
kami ngobrol di teras rumah Pocong sumi Kotagede, setelah bercerita sejarah
rumah itu dan siapa siapa mahluk astral yang tinggal disana, kemudian Pak Nono
menatap kami berdua bergantian. Lalu mengatakan ke arah saya, “Mbak, kalau
mbaknya yang masuk saya yakin mbak kuat, saya juga yakin Mbah putri mau menemui
mbaknya, mbak masuk saja kedalam, tapi harus masuk seorang diri. Nanti pintunya
akan saya tutup. Mbak diam saja di dalam lima belas menit, nanti mbak akan
rasakan kehadiran mbah putri”
“sendirian
pak?? Apa ga bisa ditemani Pak Nono atau kita masuk bertiga saja”
“Tidak bisa
mbak, mbak masuk saja. Saya yakin mbak kuat”
Setelah
mempertimbangkan sebentar, akhirnya saya putuskan untuk masuk. Biarpun
sejujurnya saya merinding takut juga!
Pintu utama
rumah mulai dibuka kuncinya oleh pak Nono, begitu pintu utama dibuka langsung
tercium bau ngap, bau jamur dan agak pesing khas rumah yang terlalu lama
kosong. Saya melangkah masuk perlahan dengan sedikit ragu, begitu saya sudah di
dalam, pak Nono menutup pintu utama lagi sembari memberi tahu, “saya tutup
pintunya mbak, mbak buka pintu kamar sebelah kanan, masuk dan diam disana. Itu
kamar mbah Putri”
Begitu saya
melangkah masuk, ruangan itu terasa panas dan ngap, ragu saja melangkah hingga
sampai tepat di depan kamar mbah Putri. Saya dorong pintunya perlahan, bulu
kuduk saya mulai berdiri saat pintu sudah terbuka, ada aura yang benar benar
beda disana! Kamar itu tanpa jendela sama sekali, harusnya kamar itu juga ngap
dan panas, tetapi mengapa didalam sana dingin???
Saya cepat
cepat keluar dari ruangan itu, menemui Pak Nono, saya takut!
Begitu
melihat saya sudah berdiri di pintu keluar lagi, Pak Nono kembali menghampiri
saya,
“Lho mbak
kok keluar? Itu mbah Putri sudah nunggu mbaknya di dalam. Ayo masuk lagi, saya
temani dulu, sudah ditunggu mbah Putri lho mbak”
Saya
kembali masuk mengikuti langkah Pak Nono. Begitu pak Nono masuk ke kamar mbah
Putri dan saya berdiri di samping pak Nono, ruangan itu mendadak berbau harum
melati, wangi sekali! Dan anehnya saya begitu saja merasa sangat nyaman. Pak
Nono yang sudah paham lalu meninggalkan saya seorang diri disana, diutup
kembali kamar mbah putri dan dia keluar.
Saya merasa
nyaman yang sangat nyaman, tidak ada ketakutan sama sekali, bahkan saya
menikmati wangi melati yang sangat kuat harumnya itu. Bukan wangi melati fresh,
ini bau minyak melati keraton yang dulu sering saya cium saat saya masih kecil,
sering dipakai oleh mbah mbah jaman itu.
Perlahan
sosok mbah putri mulai menampakkan diri, mbah putri ini kalau yang saya lihat
tidak terlalu sepuh, beliau memakai kemben Jawa dengan berkalung ronce melati. Tatapan
matanya kosong tanpa kehidupan tapi beliau tersenyum.
Disana
beliau memberi banyak wejangan, yang bagi saya menohok banget, halus namun
tepat dengan apa yang saya rasakan. Saya menangis lama di dalam kamar itu. Sampai
saya kemudian keluar dari dalam kamar, menemui Pak Nono dan suami saya di
depan.
|
Kamar perempuan bermuka berdarah |
Pak Nono
yang melihat saya menangis hanya tersenyum maklum, lalu menepuk pundak saya dan
mengatakan “Mbah Putri suka sama mbaknya, mbak ayo saya lihatkan dibelakang
rumah. Disana ada dua roh halus, yang satu jangn diajak bicara, abaikan saja,
yang dibelakang itu None Belanda. Mbak boleh cerita cerita dengan dia, saya tunjukkan
tempatnya nanti saya tinggal”
Saya
mengikuti langkah pak Nono, begitu sampai disamping rumah saya melihat mahluk
hitam besar, dengan kedua mata merah!
“Pak, itu
ada genderuwo!” teriak saya.
“iya mbak.
Itu yang saya bilang tadi, lewati saja jangan diajak bicara, monngo silahkan
jalan terus kebelakang, disana none Belandanya”
Saya jalan
sendirian terus masuk ke belakang rumah. Diam beberapa saat sendiri disana. Sampai
hampir lima belas menit saya diam disana, tetapi none belanda itu tidak menampakkan
diri sama sekali. Akhirnya saya kembali pada pak Nono.
“saya gak
ketemu none Belandanya pak” ucap saya.
“sini mbak,
saya lihatkan satu lagi, tapi mbak hanya bisa melihat dari jendela yang akan
saya buka. Disana ada perempuan dengan wajah setengah bopeng dan banyak darah. Mbak
bisa ajak dia bicara”
“nggak lha
pak, kalau berdarah darah saya gak mau lihat. Ngeri!”
“lihat saja
mbak, ga apa, perempuan itu pemalu, biasanya dia akan lihatkan diri hanya
setengah badannya saja, yang berdarah dia tutup dengan rambutnya. Mbak tidak
akan lihat darahnya, sini saya tunjukkan kamarnya”
Sayapun
mau, penasaran juga sich! Biarpun ngeri juga! Saat saya melihat melalui
jendela, kira kira 10 menit, ada sosok perempuan duduk diatas ranjang. Duduk
hanya memperlihatkan punggungnya. Dengan rambut panjang sebahu. Dia tidak
biacara apapun, hanya terdengar suara tangis kecil, ada aura kesedihan yang
sangat dalam disana, saya masih menunggu dia bicara, tetapi hingga akhirnya
saya meninggalkan jendela kamar itu, perempuan itu tetap saja diam.
Dan begitu
saya turun dari bangku kayu yang saya pakai untuk mengintip dari jendela, mata
saya reflek melihat ke teras depan kamar itu! Ya Tuhan, itu pocong! Pocong
dengan wajah yang masih segar dan raut yang cantik.
“Pak Nono,
itu sumi kah??” tanya saya.
“iya mbak,
yang itu Sumi”
Rumah poong
sumi Kotagede benar benar berpenghuni!
Salam
damai semesta