Malam ini Pintu jendela hati berderit menutup, Menghindari purnama yang kian meredup Menjauhi sinar bintang yang perlahan surup, suara desir angin malam, tetap saja membuat daun-daun rinduku bergoyang pelan, aaah… bunga kasihku semakin layu… jiwaku terjerat resah. Refo… selalu saja nama itu yg penuhi rongga rasaku, selalu saja nama itu yg membuatku hanyut dalam keluh…. Dia selalu membuat gradasi warna yg membingungkan dalam lukisan hidupku, jingga, putih, hitam, biru, kuning, kelam… aaah… entahlah semua berbaur tak jelas. Tapi aku tetap menunggu, bukan… bukan logikaku berhenti bergerak… logikaku sudah berkali-kali mendesak untuk beranjak tapi hatiku selalu menahan! Sebentar…. Sebentar saja…. Sabarlah sebentar…. Mungkin ada keajaiban… mungkin ada sinar jingga hangat setelah kelam ini. Sabarlah sejenak saja… apakah hatiku terluka?? Ya.. ya… hatiku nyeri… karena teriakan perih ini.. logika mendesakku segera pergi. Tapi… cinta kecil disudut hatiku memintaku sabar. Dia berusaha tersenyum dalam lukaku… dia berusaha membebat setiap perihku… dia seperti peri kecil.. mungil.. dengan rambut dikucir dua… berbaju putih bersih… menari disudut hati… suaranya lembut tapi jelas terdengar… sabarlah…. Mungkin ada keajaiban… mungkin… dan berharap yg mungkin menjadi pasti.
Tapi apa yg aku dapat sekarang? Dua lembar kertas berisi larik cinta. Larik cinta antara adikku semata wayang dengan refo… aku pernah mendapati larik cinta yg terbaca di post jaga… mereka katakan ini hanya pengisi waktu dan pengasah intuisi.. aku belajar menerima dengan sabar… cinta kecil bisikkan benar… ini hanya upaya mempertajam intuisi. Tapi apa yg sekarang aku lihat?? Larik baru berbalasan tertulis lagi… ada denyut cinta disetiap katanya, ada harap disetiap goresannya.
Menunggu Hati (Syair Dialogis Bersama Uleng Tepu)
…telah…
kulantunkan rayuanku
kupilih larik cinta iklas
ingin mengais hatimu
mau merasuki jiwamu
memungut rujuk
beranjak-kembang
bersama
aku
kamu
kita
-^-
…tapi…
engkau memintaku menunggu
tak yakin engkau menerimaku
selaksa keraguan menumpuk
trauma belang lelaki hadir diri
engkaupun menawarkan sabar
-^-
…baiklah…
aku akan menunggumu
entah sampai kapan
kalau engkau ke lain hati
jika hasrat sayangmu tak tumbuh terimaku
aku insyaf dan sadar
cinta-rasaku impoten
***
Menanti Rasa (Syair Dialogis Bersama Refo Torai)
Sore ini…
Telah tiba padaku
Bisikan angin
Membacakan segala larik
Mengeja serpihan ingin
Aku-kamu ah bukan aku-kamu
Tapi kita
Mekar bersama
Menjadi dewasa
Merona…
~^~
Lalu hujan jatuh dalam diam
Angin beranjak tergesa
Kabar bunga berganti kenang kelam
Abuabu lalu pekat
Merunduk…
~^~
Maaf, hati masih meragu
Masih menanti tetanda
Bila rasa kan semi
Setelah terkurung dorman
Menunggu pelangi di langit jingga
Saat hujan menyeret tapak
Menghapus jejak
~^~
Kedua larik ini hanya bisa aku simpan dengan perih dihati… berusaha aku putar kembali saat aku melihat bagaimana larik itu dilantunkan dengan bunga-bunga asmara dalam setiap desahannya. Aku berpikir… aku hidup ditengah keluargaku yg nyaman… hangat dengan keteduhan cinta mereka. Aku berpikir mereka tempatku bersandar dalam sepi dan resahku, mereka tempatku bersembunyi dan tempatku paling nyaman saat aku merasa tak aman… tapi apa yg kulihat malam itu??? Saat mereka tak sadar hadirku? Mereka dengan tersenyum puas mendengar Refo dan Uleng berbalas larik… tak pedulikan hatiku, tak indahkan jiwaku,
Aku hampir saja bergegas masuk kerumah, mendorong pintu dengan kuat… tapi kuurungkan niat hatiku.. aku tertahan… dan hanya bisa mematung dibalik pintu yg sedikit kubuka… aku dengar setiap dialog mereka yg mengatakan insan terdekat dihatiku. Orang-orang yg paling mencintaiku…
asal nggak dimarahi mbak cinta…
inspirasimu takkan imponten kalau sekedar membalas puisinya…
go..go..go …
tulis yang baik, indah dan santun ….
inspirasimu takkan imponten kalau sekedar membalas puisinya…
go..go..go …
tulis yang baik, indah dan santun ….
Pak Kades, wah senangnya dapat calon mertua yang bijak…hahahaha….
papi….bantuin uleng minta ijin yah ma kak Jingga… hehehe
semoga jemari ini mampu melaksanakan amanah papi
semoga jemari ini mampu melaksanakan amanah papi
ayooo uleng….siapin pelangkah buat jingga……..
hahahahaaaaa……………….
hahahahaaaaa……………….
hahahahaha……. kak Jingga ga bakal dilangkahi koq….
iya uleng…
masa udah cemburu dilangkahin jugaaaa……
*sssttt………..siapin tissue yg banyak buat jingga uleng..
masa udah cemburu dilangkahin jugaaaa……
*sssttt………..siapin tissue yg banyak buat jingga uleng..
kertas tisue habis … pake sapu tangan aja….. …..
kalau kurang tebal, pakai kain pel aja mommy……
(biar kapok, nggak nangisan lagi….)
(biar kapok, nggak nangisan lagi….)
hahhahhahaa pak kades,, bisaa ajaaa
bagaimana mungkin??? Papi, Mommy, kak D-wee, dedek Uleng apalagi Refo bisa menikmati tawa diatas tangisku?? Mana kasih yg mereka dendangkan ditelingaku… lalu apalah yang mommy lakukan untukku… aku selalu nyaman dalam samudra kasihnya… pelukannya selalu membuatku merasa aman. Mendadak gelombang hatiku reda tiap kali tangannya merengkuh pundakku. Papi… sosok bijak yg selama ini aku kagumi… yg selalu tegas menghentikan tangisku dan manjaku.. mengapa tiba-tiba mendadak tak adil (bagiku) ahhhh…. Kak D-wee juga… dia yg selalu tersenyum dalam setiap gundahku… selalu membakar semangatku saat aku lelah jalani hidupku.. celotehnya selalu mampu membuatku kagum pada mentari pagi dan riang menanti lembayung senja sampai gelap ditingkah bulan pucat dilangit. Aaahhh…. Ketulusannya ternyata hanya hiasan tak bernyawa … hanya slogan yg dia jual dihariku.. dedek Uleng… dia salah satu alasanku untuk tetap kuat. Dia terlihat sedikit rapuh… jika aku berusaha tegar.. aku berusaha gagah ditengah semua kemelut yg ada… karena hanya dia alasanku. Aku ingin melihatnya tumbuh kuat, selembut titik embun pagi hari… setegar karang di tengah lautan.. aku ingin yg terbaik untuknya… tapi apa yg aku dapat?? Dia mainkan luka dijantung hatiku. Perih sayang… terlalu…. Tega sekali kau buat ini… Refo… dari mula aku sudah mengenal tingkahnya… tapi hatiku enggan beranjak darinya… hatiku sudah dicurinya… ah… kenapa harus adikku yg kau pilih??? Kenapa harus dia??? Kau boleh jahat tapi tak harus sekejam ini… dimana nuranimu??? Dimana rasamu?? Apakah denyut nuranimu sudah mati??? Aaah… entahlah…
aku berusaha menahan setiap rasa… berusaha tenang dan tunduk pada semesta… agar sedikit aku sejuk… menyatu dengan bulan pucat diatas langit… TUHAN!!! Aku tak pernah sendiri… itu yg terlewat dalam hidupku… setiap hari aku melihat adikku sujud diatas sajadah.. tunduk berdoa… tapi aku?? Aku sibuk bersolek dengan duniaku… sibuk bermanja dengan lamunanku… sibuk berbangga dengan pesonaku. Congkakku luruh… angkuhku hancur… kalau mereka yg mengisi istana hatiku beranjak terlihat pergi… sebenarnya tetap tersisa tempat untukku disudut hati mereka… hanya saja mereka lelah dengan egoku… ternyata istana hatiku justru bagian terinti yg nyaris kosong… tempat Untuk Tuhanku…
Pernah aku merasa menginginkan semua
Segala yang ada didalam dunia
Namun masih saja tak cukup bagiku
Tanpa KAU disana penuhi hati ini
Hingga satu masa kutemukan bagian terindah..
Kasih-MU menyapa mengisi kesunyian hidupku
Kau yang menopangku… memberi arti hidupku
Kusadari kau bagian yang terindah…
sejuk sudah jiwaku, uleng sayang…. menarilah dalam tarian cintamu bersama lelaki hujan. lewat kata dan lewat tulisan. mendesahlah dalam lantunan cinta… semoga cinta itu selalu ada dan ada selalu.
No comments:
Post a Comment