Aku mencoba susuri jejak imaji tentangmu. berharap dapatkan elegi-elegi rindu, diantara bingkai-bingkai kenangan yang tak sengaja aku bentuk. Bingkai?? benarkah ini bingkai?? bukankah bingkai perlu pemahat? tidak! tak ada pahatan dalam jejak mu. Karena kau sang imaji yang diam, tanpa reaksi apalagi rasa.
Hmm… bagi ku kau seperti titik-titik air yang aku kumpulkan dalam guci, kutitipkan pada sang awan. berharap aku bisa mendapatimu turun menjadi rinai hujan basahi jiwaku . Tapi sampai titik ini aku hanya berdialog dengan awan, rinai tak pernah basahi ranah hati.
Tak tahan dengan jentik-jentik rindu yang memperkosa rasa. Aku melangkah susuri bendera-bendera kenangan kita. ya… ya… banyak warna yang kita (aku) biarkan berkibar. terkadang robek kiri kanan. Aku berusaha sumpal dengan puluhan warna lain. berharap tetap bertahan tak koyak dan terbuang.
Kau tetap diam tanpa reaksi apalagi rasa!
Apakah kau lelaki Jingga??? Bukan! Jingga selalu hangat… rebaknya pasti hangatkan semua saraf rasaku. Dengan dirimu aku tak pernah dapatkan kata hangat. Kau bukan lelaki yang goreskan warna jingga di hariku.
Aku hanya pengagum mu… yang setia melihatmu merangkai aksara. Duduk bersila dengan tarian asap rokok ku. ya… ya… hanya duduk memandangmu berdialog dengan ratusan analogi mu. Bergumul dengan puluhan decak kagum. Merangkainya menjadi himpunan imajinasi.
Aku pengagum ragamu. Sang Lelaki ! mimpiku tentang Sang Lelaki semua ada padamu. Entah berapa gambar mu yg tersimpan manis di folder ku. Dirimu Roh dari semua gemulai aksaraku.
Dari pagi ke pagi….
Dari Senja ke Senja…
Mimpikan setiap pelukan…
Mimpikan setiap desah….
Pagutan dan ciuman mu.
Aaaahh… tentang ini kau selalu simak aksara per aksara yang bergulir
Terbaca oleh retina mu, tanpa rasa.
Mengapa kau selalu beku? mengapa kau selalu menjadi sang Imaji yg diam??
Aku mencoba susuri jejakmu…. berharap dapatkan sejumput rindu yang mungkin terlewatkan.
Tanpa alas kaki biar kurasakan setiap jejaknya…. mungkin terlalu lembut sehingga selama ini aku tak merasakan apapun. Kutanggalkan semua kain penutup tubuh. Mungkin itu yang halangi kepekaanku. mungkin sentuhmu terlewat diantara kibaran gaunku.
Sampai kutemukan jejak usang yang harusnya menjadi dasar nalarku.
Dan untuk kesejatian cintamu jingga…
salutku atas cinta yg sanggup hidup dalam hidup…
Dan janjiku untukmu…
aku akan mencari Orang sepertimu…
walau itu bukan kamu…
dan tak bakalan pernah itu kamu…
SALAM dari aku “LALA”
doakan aku temukan Sejatiku…
salutku atas cinta yg sanggup hidup dalam hidup…
Dan janjiku untukmu…
aku akan mencari Orang sepertimu…
walau itu bukan kamu…
dan tak bakalan pernah itu kamu…
SALAM dari aku “LALA”
doakan aku temukan Sejatiku…
Mengapa Retina ku tak pernah menangkap aksara ini?
Sementara mataku selalu ikuti jejak katamu
Mengapa aku terlambat melihat saat semua rasa sudah menjadi ngilu
**************
Kau bunuh Rasaku sebelum tumbuh
harusnya aku tahu itu!
ijinkan aku memelukmu sebentar….
tanpa kecupan… tanpa desah…
berikan sedikit hangatmu…
terakhir ku nikmati jejak pelukmu dalam imaji kudan aku berlalu
Dengan kenangmu yang tetap indah
Salam Cinta : Jingga
No comments:
Post a Comment