Nama ku jingga aku anak Kepala Desa Rangkat , sebuah desa di kaki gunung Naras diantara bukit-bukit berspasi. Uleng tepu adik ku semata wayang. Aku juga tinggal dengan Auntie Deasy, kalaupun aku panggil dia auntie tetapi usia auntie Deasy tidak bertaut terlalu banyak denganku. Aku 2 tahun lebih muda darinya. Dia satu-satunya auntie yang aku punya. Mommy anak tunggal. Entah bagaimana kisahnya yang aku tahu mommy sangat mencintai auntie. Auntie sudah menjadi bagian dari darah mommy. Dimana kami tinggal disana juga auntie tinggal. Auntie punya panggilan kesayangan tante jutek. Karena memang auntie sangat jutek. Hanya ke padaku dan adik ku Uleng Tepu auntie selalu lembut dan manis. Aku mempunyai seorang abang, ya.. ya... keluargaku memang sedikit unik. Papi dan Mommy senang sekali mengangkat anak atau adik. Aku dan uleng panggil dia Bang Ande. Sekarang bang Ande ada di Bali. Dia menjadi bartender di Hard Roko Cafe. Tempat hiburan malam yang paling ramai di Bali. Entah bagaimana kehidupan abang disana, kalau aku tanya jawabnya selalu begini : "sabar Jingga... Abang lagi sibuk dengan botol-botol gepeng abang, nanti abang pulang bawa uang satu karung!" Bang Ande sangat keras. Mudah meledak-ledak. Aku paling sering ribut dengannya, biarpun aku tahu dia begitu hanya karena tak mau kelihatan lemah di depan kami. Uleng lebih bisa mengikuti irama Bang Ande, Dia katakan bang Ande sosok preman berhati Molto.
§§§§
Aaahhh... akhirnya... auntie yang mampu memenagkan hati Lala. Semua diluar ambang batas pikiranku, tapi begitulah hidup.. tak bisa di tebak. Aku tak akan pernah tahu kemana cerita akan membawa ku.
Lala... aku mencintai laki-laki ini. Hampir 12 kali purnama rasa ini ku simpan untuknya. Dia mimpi dalam setiap malamku, Hanya berpikir tentang dirinya aku sudah resah. Ada ribuan kata rindu yang aku simpan dalam hatiku untuknya. Ternyata aku tak indah untuknya. cintaku pupus saat dia pilih auntie untuk mendampingi hidupnya. Malam nanti semua akan halal bagi mereka. Mereka akan bercumbu tanpa beban dosa. Aku gigit bibirku sekuat mungkin agar embun kantung mata tak jatuh begitu saja. Tapi tak bisa... aku tak mampu menahan tangisku.
"Kakak, kok masih di kamar??"
Suara uleng menyadarkanku...
"Ehmmm... eehh... bentar de... Kakak rapikan riasan dulu.... " Buru-buru aku susut air mataku, aku berharap adik ku tak tahu aku sedang menangis.
"kakak, Dede tahu apa yang kakak rasakan saat ini, dede tahu bagaimana kakak menyimpan rasa untuk mas lala, kakak yang kuat ya... " ucap Uleng penuh empati.
"Iya... sayang.... kakak pasti kuat kok.. sebentar ya... kakak rapikan diri kakak dulu"
"Kakak... apa kakak yakin mampu kabulkan permintaan Auntie???"
"Bawakan bunga pengantinnya?? "
"kalau Tuhan mengijinkan pasti kakak kuat de... kamu tenang saja.."
"Kak, kalau kakak tidak sanggup, biar dede gantikan... "
"Gak, Kakak harus bisa sayang... harus!"
"Kakak, peluk dede... dede ingin kuatin kakak..."
Kami berpelukan dan tangisku pecah disana. Rasanya bumi yang aku pijak luruh. Ada ribuan sembilu yang mengikis habis seluruh pori-pori rasaku. Sulit bagiku untuk bernapas.. Duh, Gusti... Kuatkan jiwaku....
"Kakak, sebentar lagi Ijab Qabul akan dimulai, Kakak ga akan tahan melihatnya, diam di kamar saja kak.... tenangkan pikiran dan hati kakak dulu. Saat resepsi nanti malam saja kakak hadir. itupun kalau kakak mampu... kalau tidak, tak apa... biar dede yang gantikan kakak"
"Makasih de... lebih baik begitu... kakak disini saja sampai ijab selesai. Nanti malam kakak pasti sanggup. Sekarang dede keluar saja... kasihan auntie kalau kita berdua tak ada."
"Baik kak... dede keluar dulu ya...."
*********
"Mau cari gelang la ??"
"Iya, gelang yang biasa ku pakai hilang"
"Eh, kenapa tanganmu? luka ya??"
"Ya itu dia... mungkin tergores, saat gelang ku lepas"
"Hmmm... gelang apa yang kamu pakai? "
"Perak"
Setelahnya tak ada dialog apapun diantara kami. Diam-diam aku pergi menjauh dari sosoknya.
"Maaf Bu... di pameran ini ada kerajinan perak juga ga?" tanyaku pada seorang peserta pameran.
"Ada Mbak, masuk saja terus ke dalam, kerajinan perak ada ditengah-tengah gedung"
"Terima kasih Bu..." ucapku sambil cepat menuju tempat yang dijelaskan.
Sudah ku dapatkan gelang perak yang aku pilih. Ini untuk lelaki ku. pengganti miliknya yang hilang.
setelahnya aku sibuk mencari sosoknya, dan kami kembali ke rumah.
saat karimun hitamnya berhenti di depan rumah.
"La, ini untukmu.."
"Apa ini jingga? sambil dia spontan akan buka bungkusan kecil yg aku berikan.
"Jangan dibuka sekarang La... nanti saja"
Sungguh... hal kecil yang membuatku sangat puas. Mungkin ini sangat sederhana. Dan aku tak pernah melihat benda itu melingkar di pergelangan tangannya. Tapi aku bahagia.
♥♥♥♥
Bagi ku bertemu dengannya adalah Takdir, untuk menjadi temannya adalah pilihan, dan jatuh cinta padanya semua diluar kontrol ku. aku tak bisa menghalau rasa itu tumbuh di hatiku. Sekuat apapun aku menyangkalnya, rasa itu tetap tumbuh semakin mencengkeram hatiku. Tapi Cinta itu sendiri berkehendak lain. Alirannya bukan untuk ku. Aku seorang jingga harus mampu menerima dengan senyum, seperih apapun itu.
******************************
"Jingga, waduuh... anak mommy cantik sekali..."
Puji mommy saat aku selesai berhias dengan Gaun magenta panjang dan hand bouquet di tanganku. Aku tersenyum manja padanya.
"Harus dong! anak mommy harus bisa secantik mommy"
"Jingga, cepat masuk ke mobil pengantin, kamu ikut disana karena kamu yang bawa bunganya"
"Yup! mom... "
Aku melangkah cepat masuk dalam mobil pengantin Auntie dan Lala. Mereka pasangan yang sempurna, Malam ini auntie mengenakan Gaun pengantin modern yang elegant.
Aku duduk didepan dengan hati yang tak tahu lagi bagaimana rasanya. Canda mesra auntie dan lala menjadi musik paling menyayat buatku. "Kuatkan aku Tuhan... setidaknya sampai aku menghantar pasangan ini ke pelaminan " hanya kalimat itu yang ribuan kali aku ucapkan dalam hatiku.
Wedding song dilantunkan. Saat kami sudah ada diujung hall pesta.
"Gusti, jangan biarkan air mata ku turun sekarang, kuatkan aku... mujizat bagi ku kalau aku mampu melangkah didepan mereka sampai ke pelaminan tanpa air mata... duhh Gusti.... berikan mujizatmu"
Kaki ku gemetar... senyumku getir... aku melangkah sekuatku. Bisa Jingga! kamu pasti bisa! tinggal sedikit lagi... sedikit lagi tugasmu selesai... ucapku dalam hati dalam setiap langkahku. sampai semua selesai.
Saat mereka sudah di pelaminan... Aku sudah tak mampu menahan perihku. Tak peduli dengan apapun. aku meninggalkan tempat pesta. Aku tak akan sanggup hidup di desa ini lagi. Tak akan! aku bisa gila! yang aku pikir hanya Bang Ande! aku harus ke bang Ande. Di sana aku bisa menenangkan diri atau mungkin memulai kehidupan baru. Di bandara setelah mendapat tiket pesawat aku segera hubungi bang Ande.
"Hallo... ada apa jingga?"
"Abang, jingga di bandara, jingga akan terbang ke bali. Jemput jingga di Ngurah Rai ya... 2 jam dari sekarang jingga sudah sampai."
"Hah?? yang nikah tante Jutek, Kenapa kamu yang berangkat bulan madu??" tanya bang Ande bingung...
"Sudah lhaa bang.. nanti jingga jelaskan semuanya. Abang jemput jingga ya..."
"Iya pastilah abang jemput!"
"Makasih Bang..."
♥♥♥♥
Aku akan melepas diriku sepenuhnya dari semua rasa yang aku punya untuk mu La...
hanya beri aku waktu... Rasa yang sudah terlalu lama aku simpan tak akan lenyap hanya dalam semalam. Aku akan kembali saat semua kembali secerah biasa tanpa tangis. tanpa luka dan kecewa.Aku hanya Jingga yang mencoba jujur pada hatiku walaupun aku tahu cinta tak memilihku.
********************************************
Salam Cinta: Jingga
Note:
Bang Andee...... Lanjutkaaaaannn... :) Kalau Bang Ande tidak lanjutkan Jingga ga balik ke RANGKAT :P
ECR 2#97
No comments:
Post a Comment