Entah apa yang aku rasa saat itu, gaun pengantin putih sudah aku kenakan, Punggung tanganku sudah penuh dengan lukisan mehndi. Bukankah ini ujung mimpiku? Lala menjadi Lelakiku! ya.. ya... dia akan menjadi Lelakiku! harusnya ini orgasme dari setiap gulatan mimpi dan anganku. Tulisan-tulisannya selalu membuatku bermimpi akulah ratu hatinya. Lelaki pengagung DIA dan dia. Lelaki yang dihidupnya hanya untuk DIA dan dia. Hayalku selalu berlarian ke sisinya, Lala yang misterius. begitu banyak putri-putri RANGKAT memiliki mimpi yang sama denganku. menjadi "dia" bagi hidupnya. Auntie Deasy.... aahhh... anganku terbang ke sosok lembut (bagiku) yaaa.. hanya denganku pribadinya mendadak lembut dan penuh cinta, aku tarik napasku panjang dan berat... Maafkan jingga, maafkan jingga auntie... Jingga tak mampu lari dari perasaan jingga. Liontin "D"... liontin yang membuat auntie tersenyum bahagia dengan meninggalkan luka sayat perih di sekujur sarafku. Sampai saatnya di puluhan purnama yang berlalu, hati lala ku kunci dalam ruang rasaku. Sesaat lagi tak akan ada yang mampu rengut lelakiku dari sisiku. akulah "dia" baginya.
Tetapi mengapa aku tetap saja tak mampu mengeja setiap rasa dalam hatiku, malam ini akan menjadi malam terindah bagiku. Malam yang akan penjadi pembuka puluhan malam yang lain bersama resah dan desahnya. bukankah itu indah?? haaaaaaaaii... Jingga! apa yang kau rasakan?? runtukku dalam hati.
"Dede... kakak minta tolong... tinggalkan kakak sendiri dikamar sebentar saja, kakak ingin sendiri"
"Baik ka, dede keluar , diluar juga banyak tamu, Dede akan bantuin Mommy siapkan yang lain. kalau kakak minta ditemani, panggil Dede ya.." jawab Uleng Tepu adikku semata wayang dengan penuh cinta.
Pukul 8.30 berarti aku masih mempunyai 1 jam lagi waktu tersisa sebelum ijab Qabul. Aku buka laci lemari ku, aku simpan tulisannya disana, Ahh... puisi paginya untukku...
Telah lama jiwa ini diterpa musim dingin
Daun-daun berguguran
Lewati lalu lalang hari
Ketegaran mulai meminta semi
Terusik senyummu
Hangat oleh linangan matamu
Bahu makin kaku rindukan sandar
Menuntut fungsi pada kelelaki-lakian
Lantas berbisik
Musim semi telah datang
Seiring datang burung camar dari seberang
Jubah putih sebentar lagi akan hilang
digantikan nyanyian alam
serta keceriaan burung berputar disisi sarang
seakan berkata
selamat Pagi sayang...
Tak terasa mataku basah membaca larik cintanya. sebentar lagi dia hanya milikku. Aku adalah dia yang akan mengisi hatinya. Belum selesai aku sibuk dengan anganku, Mommy dan auntie masuk ke kamarku memintaku siapkan diri. sebentar Lala akan datang. Lelaki ku akan menjadi yang halal bagiku. Aku melangkah keluar dengan hati bergetar. kubayangkan lelakiku pasti tegang menungguku diluar sana.
Ah... Dia sudah didepanku, mata elangnya akan kunikmati seumur hidupnya. ada hangat merembes dalam hatiku. Ku sentuh telapak tangannya, baru kali ini aku melihat sosok kekarnya gemetar Sampai saat Ijab itu akan dia ucapkan tiba-tiba
“Tunggu!!”suara Lia menghentikan semuanya. Aku, lelakiku, pak penghulu serta semua undangan yang berada dalam acara terkejut, semua tatapan tertuju pada sosok perempuan yang datang secara tiba tiba tersebut.
“Lia, kenapa kamu sampai ada disini?”sapa Lala kaget
“Iya, kenapa?terkejut?”Jawab Lia ”Dengar semua yang ada disini. Saya minta maaf karena sudah mengganggu acara ini, tapi memang saya harus menghentikanya karena laki laki yang akan kalian nikahkan adalah calon bapak dari anak yang saya kandung. Dia masih sah suami saya”jelas Lia panjang lebar.
“Apa? " hanya kata itu yang mampu ku ucapkan.
“ya, maaf Jingga kita sama-sama perempuan. Asal Jingga tahu laki laki yang akan menjadi suamimu dia sudah beristri” teriak Lia lantang.
Lakaki ku tampak bingung dan pucat. dia tidak tahu harus berbuat apa. Tak ada satu katapun keluar dari bibirnya.
“Plakkk!” Tanganku spontan menampar lelaki ku. Mukanya memerah. Dia diam beberapa detik.
"Maafkan aku jingga, aku gagal menjadikan hari ini hari yang sempurna untukmu" Hanya kalimat itu yang meluncur dari bibirnya. Sementara aku tak mampu menahan tangisku. Mimpiku gagal! Gagal! sekali lagi aku gagal! aku meninggalkan ruangan itu menuju kamarku. Ruang sembunyiku. Belum selesai sembilu itu menghujam jantungku. sayup aku dengar Risa menangis, teriakkan nada serupa. Lala kekasihnya! "Duh, Gusti ada apa ini?? mengapa lelaki yang begitu aku kagumi ternyata begitu kejam. ada apa ini??" Aku sudah tak peduli dengan kesibukan di depan. entah berapa lama aku menangis dalam perih dan getirku.
"Jingga, buka pintunya sayang.... " Suara lelakiku dari balik pintu.
aku diam tak bergeming sedikitpun.
"Jingga buka pintunya, aku harus jelaskan semuanya..."
aaaaaaaaahhh.... hatiku beku mendengar suaranya. aku melangkah membuka pintu kamarku, tapi untuk lari menjauh dari lelaki ku. Saat itu lala berusaha hentikan langkahku. tapi aku makin keras menghempaskan tangannya menyentuh tubuhku. kemudian dia lepaskan tangannya, hanya menghantar punggungku menjauh dengan tatapan matanya. Aku melangkah cepat menuju karimun merahku. masih dengan gaun pengantinku. Ronni.. aku harus bertemu dia.
Ronni, Panggilku lirih saat ada didepan sahabat Lala.
"Jingga, ada apa ini??? " suara Ronni menjawab serak, Ronni memang tadi tak bisa hadir di pernikahanku. dia baru saja keluar dari rumah sakit karena oprasi usus buntu seminggu yang lalu.
Aku duduk lemas disamping lelaki gimbal itu. dengan sekuat tenaga aku ceritakan semua kejadian hari ini.
"hahahahhahaha..... Jingga-jingga... aku sedikitpun tak percaya. harusnya kau lebih mengenal Lala daripada aku. Jingga, aku mengenal Lala sudah lama, seumur gimbal rambutku, dia laki-laki yang mencintai Tuhan nya. dia punya sejuta pesona. bukankah itu juga yang membuatmu jatuh cinta padanya dan lebih memilih dia dari pada aku?"
Aku hanya mengangguk lirih...
" Lia dan Rissa bukankah dari awal mereka berdua selalu membuat gelombang pada hubungan kalian??? apakah pernah terlihat Lala berpaling pada mereka?? sudah berapa kali mereka mengacaukan hubungan kalian dengan tingkah yang serba tidak masuk akal. Apakah Lala beranjak dari hatimu?? jangankan beranjak. bahkan semua marahmu hanya dia jawab dengan peluknya. bukankah begitu?? jika sekarang mereka lakukan hal yang sama. mengapa dirimu tetap seperti kemarin?? membenarkan kesalahan, melukai lelaki yang memujamu. sampai kapan jingga?? Lala sudah memiliki ratusan maaf dengan sikap manjamu yang kelewat batas. tapi sampai kapan kamu begini?"
"Ron, Lia Hamil" jawabku pendek.
"hahahahahhahaa..... ya biarkan saja dia hamil ! yang pasti bukan benih Lala. Bagaimana dia menabur benih untuk lia, jika malamnya hanya untukmu, sepulang dari rumahmu dia sudah sibuk dengan lukisannya. Aku saksi semuanya. Bagaimana kamu bisa katakan dirimu mencintainya jika kau tidak pernah tahu apa yang diinginkan hatinya??"
"Ron, aku mencintai dia... sungguh! tapi dia kacaukan pernikahan kami"
"Yang mengacaukan dirimu! kau tampar dia! kau lari dan tak mau keluar dari kamar!"
"Ron, aku... aku... " tak tahan, aku menangis di samping Ronni.
"Jingga sayang, ayo pulang..."
Suara yang sangat aku kenal! suara lelakiku! aku cari asal suara itu, diujung ruang tamu, lelakiku berdiri tegak, ada guratan luka di mata elangnya. aku lari menghampiri tubuh gagahnya, aku peluk dia erat, "sayang, maafkan jingga, jingga mencintaimu... sangat! maafkan jingga" Lala memelukku erat , begitu hangat.
Aku sedikit melepas peluknya, ku sentuh pipinya lembut, "maafkan Jingga.. sayang, Jingga tadi pukul Lala, mengapa Lala tadi hanya diam?"
"Percuma aku katakan apapun saat kamu seperti itu, ingat jingga, aku sangat mengenalmu, karena kau perempuanku" Setelah itu lala memelukku erat, Hangat, tak peduli ronni hanya duduk tersenyum simpul ditempatnya. Lala mengecup bibirku lembut. Cinta... saat cinta telah menemukan muaranya, tak satupun arus yang mampu menyibak riaknya. :) :)
No comments:
Post a Comment