Wednesday, July 27, 2011

Anak ( Sebuah Review)

1303196241363832378
Cerpen :Anak "Kampung Fiksi" Klik sini


Mama nggak pernah mau mengekang sebenarnya, Vinka! Mama hanya berusaha memberikan kamu arahan supaya kamu tidak salah jalan. Kamu sudah besar, sudah lima belas tahun. Anak gadis seumurmu harus berhati-hati dalam pergaulan! Kamu mau sekolahmu berantakan karena kamu keasyikan main dengan teman-temanmu itu? Atau kamu mau kalau kamu sampai hamil di luar nikah karena pergaulan bebas? Kamu tidak Mama besarkan dengan sembarangan! Semua Mama sediakan untuk kamu demi masa depanmu! Jangan sia-siakan itu! Mama nggak ijinkan kamu pergi ke pesta ulang tahun Dara malam minggu nanti. Titik! Dan tolong pikirkan lagi untuk masuk ke jurusan IPA itu, karena itu yang paling cocok dengan prestasimu selama ini.”


Sering kali orang tua merasa puas saat melihat anak mereka tersenyum bahagia, Ada kebanggaan tersendiri saat merasakan telah memberikan semua yang terbaik untuk buah hati yang mereka sebut "ANAK", pertanyaan saya, apakah lengkung senyum si Anak adalah BENAR gambaran dari kata BAHAGIA?? bangga dengan standart hidup yang sudah dicapai oleh si anak, pertanyaan saya, apakah si Anak bangga dengan hidupnya?? bukankah hanya keegoisan orang tua jika kebanggan itu hanya dipihak mereka. Saya merasa tergelitik saat membaca tulisan ini, di bait pertama Penulis sudah menggambarkan bagaimana Tiara merasa dirinya paling benar, merasa pandangannya paling bijak. 

Pada paragraf ke dua sampai paragraf kelima , digambarkan dengan jelas oleh penulis bagaimana Tokoh Tiara terkurung dengan rasa kuatirnya sendiri. dan tokoh Vinka masuk dalam pusaran kekecewaan tanpa bisa terlalu banyak berbuat untuk mempertahankan hak nya sebagai satu pribadi yang bebas berkembang. saya pernah mendapati satu kalimat bijak yg mengatakan Worry gives a small thing a big shadow (Swedish proverb) kekuatiran itu sering kali seperti meletakkan bayangan raksasa pada hal-hal yang sebenarnya sangat kecil, sangat sederhana. wahai Bunda.... buah hati mu adalah didikan tanganmu sendiri, jantungnya adalah jantungmu. manik-manik hidupnya saat tangannya masih sangat lembut, jarinya masih merupakan jari-jari mungil. bukankah bunda yg mewarnai?? mengapa bunda sekarang jadi tidak percaya dengan hasil didikan bunda sendiri?? mencintai... bukan berarti mengurung anak dalam botol kaca yang setiap geraknya ada dibawah penglihatan Orang tua. mengapa anak tidak diberi ruang untuk menemukan dunianya sendiri? berikan mereka kelembutan sehingga manakala anak berpikir tentang keadilan, keperdulian, kejujuran, mereka teringat akan orang tuanya. 

OMG.... saya hanya menarik napas panjang, ternyata komunikasi dua arah ini hanya melalui email, semakin miris hati saya membacanya. bahkan kerinduan Vinka untuk bisa bertatap muka langsung dengan Tiara hanya bisa dia gapai sebatas rindu. Tiara terbelenggu dengan dunia kerjanya. Rupanya hal ini yang membuat Tiara terlalu kuatir terhadap Vinka.. bagaimana tidak! Tiara nyaris tidak melihat sendiri bagaimana putri cantiknya tumbuh. bagaimana lingkungan Vinka yang sesungguhnya, bagaimana dunia Vinka. inikah bentuk cinta seorang Bunda?? :( 
Children
(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them, but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far.
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies, so He loves also
The bow that is stable.


Puisi Kalil Gibran diatas oleh penulis disematkan dengan manis dipuncak cerita. diceritakan puisi ini dikirimkan Vinka untuk Tiara sekali lagi selalui email (sedih) disini penulis menghantar dengan sangat lembut. pada satu refleksi cinta, melihat bagaimana bentuk cinta bunda yang sesungguhnya, bagaimana orang tua harus menyadari bahwa anak memiliki hak untuk menjadi diri mereka sendiri.

“Vinka, sayang…Kamu sudah tidur waktu Mama pulang. Maafkan, Mama ya! Mama lihat rambutmu sudah panjang. Bagaimana kalau kita ke salon sebelum kamu ke pesta ulang tahun Dara malam minggu nanti? Itu kalau kamu mau memotong rambutmu. Kalau tidak pun, Mama tidak memaksa.”

Penutup yang indah dan manis (seharusnya) sayang sekali ini hanya catatan kecil yang Tiara letakkan di kamar tidur Vinka. saat Vinka sudah terbuai mimpi. semoga ini awal yang manis. didepan nanti Vinka dapat benar-benar memeluk Tiara.
sungguhkah kita sudah mencintai buah hati kita dengan bijak?? ataukah kita sesungguhnya hanya menyayangi diri kita sendiri, sehingga memaksakan mimpi kita pada anak? biarkan Anak tumbuh dan menentukan warna mereka sendiri, ijinkan mereka menari bak kupu-kupu jingga, terbang dengan lincah dibawah hangatnya cinta kita.
**************************************

No comments:

Post a Comment

Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!

  Hai pembaca, jumpa lagi dengan Nyai Sampur. Saat ini saya sedang tidak ingin bercerita hal mistis. Kita berbincang santai sambil ngopi, yu...